Menteri luar negeri Iran mengunjungi Jepang, Senin (7/8) untuk pertama kalinya sejak 2019, perjalanan langka diplomat tertinggi republik Islam itu ke negara anggota G7.
Tujuan kunjungan Hossein Amir-Abdollahian ke ketua G7 tersebut tidak diungkapkan, tetapi laporan-laporan mengatakan Jepang akan menekan Iran untuk berhenti memasok senjata ke Rusia.
Militer Kyiv bulan lalu mengatakan telah menghancurkan lusinan pesawat tak berawak buatan Iran yang ditargetkan ke wilayah Odesa, Ukraina.
Amir-Abdollahian bertemu Menteri Luar Negeri Jepang Yoshimasa Hayashi, dan keduanya menyambut kesempatan untuk melakukan pembicaraan tatap muka di Tokyo itu.
"Saya berterima kasih atas kesempatan bertukar pendapat" tentang masalah bilateral, regional dan internasional, kata diplomat Iran itu.
Menjelang pertemuan, Amir-Abdollahian mengatakan kepada wartawan di Tokyo "kami tidak memihak dalam perang apa pun", dan menyangkal Iran telah memberi Rusia senjata, lapor Jiji Press.
Ia menambahkan bahwa Iran "tidak pernah menyediakan drone ke negara mana pun untuk digunakan di Ukraina", menurut laporan itu.
Amir-Abdollahian juga akan melakukan kunjungan kehormatan ke Perdana Menteri Fumio Kishida, lapor stasiun televisi swasta TBS.
TBS, mengutip sumber pemerintah yang tidak disebutkan namanya, mengatakan Jepang akan mengangkat masalah ekspor senjata ke Rusia.
Kementerian Luar Negeri Jepang mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Hayashi telah "meminta Iran untuk mengambil langkah-langkah konstruktif, menegaskan kembali sikap Jepang atas invasi Rusia ke Ukraina".
Jepang dan Iran secara tradisional menjaga hubungan persahabatan meskipun sekutu utama Tokyo, Washington, mengalami hubungan tegang dengan Teheran.
Iran dulunya adalah pengekspor minyak utama ke Jepang yang miskin sumber daya, tetapi volumenya turun tajam dalam beberapa tahun terakhir karena sanksi ekonomi AS terhadap negara Timur Tengah itu.
Kunjungan Amir-Abdollahian ke Jepang adalah yang pertama oleh seorang diplomat tertinggi Iran sejak Desember 2019, dan yang pertama di bawah Presiden Ebrahim Raisi.
Namun, Hayashi dan Amir-Abdollahian sebelumnya telah sering mengadakan pembicaraan telepon, dan terakhir pada bulan April tahun ini.
Selama pembicaraan April, Hayashi menyatakan dukungan Jepang untuk perjanjian nuklir 2015 antara Iran dan enam negara besar, dan mendesak Teheran untuk bekerja sama dengan Badan Energi Atom Internasional (IAEA), badan pengawas nuklir PBB. [ab/uh]
Forum