Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi menegaskan latihan militer yang akan dilakukan Indonesia di Laut Natuna mulai Kamis (6/10) bukanlah tindakan provokatif melainkan latihan militer rutin.
"Yang ingin saya tekankan, ini adalah bukan pertama dan bukan satu-satunya latihan militer dilakukan oleh Indonesia. Kita sudah melakukan beberapa kali dan latihan militer ini dilakukan oleh TNI di wilayah Indonesia. Bukan di Laut China Selatan tapi di Laut Natuna dan Natuna adalah wilayah Indonesia," ujarnya.
TNI Angkatan Udara dijadwalkan akan menggelar latihan puncak di Pulau Natuna, dekat wilayah sengketa Laut China Selatan, Kamis, dengan tujuan menguji profesionalisme dan kesiapan operasi udara.
Menurut Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Udara Marsekal Madya Jemi Trisonjaya, latihan ini akan melibatkan lebih dari 2.000 personel dan 80 pesawat, termasuk Sukhoi buatan Rusia dan F-16 bikinan Amerika Serikat.
Latihan militer oleh Indonesia ini berlangsung di tengah ketegangan di Laut China Selatan akibat sengketa wilayah antara enam negara, termasuk China, Vietnam dan Filipina. Mahkamah Arbitrase Internasional di Den Haag, Belanda, Juli lalu memenangkan gugatan Filipina atas klaim China terhadap seluruh wilayah Laut China Selatan.
Wakil Ketua Komisi Pertahanan dan Luar Negeri Dewan Perwakilan Rakyat Tantowi Yahya mengatakan telah menyetujui alokasi anggaran sebesar Rp 450 miliar untuk memperkuat pangkalan militer TNI di Pulau Natuna, Kepulauan Riau, yang berbatasan dengan Laut China Selatan.
TNI dinilai tidak saja harus memiliki pangkalan militer yang memadai di Pulau Natuna, tetapi juga personel dan alat utama sistem persenjataan atau alutsista.
"Natuna itu adalah wilayah yang paling jauh dan terluar sehingga misalkan terjadi apa-apa itu memakan waktu. Jadi dalam rangka penguatan wilayah itu sendiri apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, di situ dibutuhkan penguatan-penguatan misalkan penambahan prajurit, pembuatan fasilitas dan infrastruktur seperti pangkalan dan sebagainya. Jadi muaranya lebih pada penguatan diri dari kejadian yang tidak kita inginkan," ujarnya.
Mahkamah Arbitrase Internasional memutuskan China telah melanggar kedaulatan Filipina di zona ekonomi eksklusifnya dengan mengeksplorasi minyak, membangun pulau buatan, dan tidak melarang nelayan China menangkap ikan di wilayah itu. Filipina menyambut baik keputusan Mahkamah Arbitrase itu sedangkan China menolaknya mentah-mentah.
Latihan puncak TNI Angkatan Udara di Kepulauan Natuna digelar hampir bersamaan dengan latihan gabungan antara militer Filipina dan Amerika Serikat, serta latihan terpisah tahunan yang melibatkan Australia, Malaysia, Singapura, Selandia Baru dan Inggris di Laut China Selatan.