Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sissi pada Rabu (3/7) melantik sejumlah menteri baru, termasuk menteri keuangan dan menteri luar negeri baru. Perombakan kabinet yang signifikan itu terjadi ketika Mesir menghadapi tantangan seperti konflik di wilayah tetangganya, Gaza, kesulitan ekonomi, dan seringnya kekurangan listrik.
Perdana Menteri Mostafa Madbouly diangkat kembali setelah Kabinet sebelumnya mengundurkan diri sebulan lalu. El-Sissi menekankan perlunya menurunkan inflasi, yang sempat mencapai rekor tertinggi pada September, tetapi kemudian turun menjadi sekitar 28 persen pada Mei. Dia juga menginginkan peningkatan investasi.
Ahmed Kouchouk, yang sebelumnya menjabat wakil menteri keuangan dan ekonom di Bank Dunia, dilantik menjadi menteri keuangan baru. Dia menyoroti komitmen Mesir terhadap disiplin fiskal dan pengurangan utang, serta reformasi untuk mendukung pertumbuhan sektor swasta.
Rania al-Mashat, menteri kerja sama internasional, diangkat kembali dengan tanggung jawab yang lebih luas dalam perencanaan dan pembangunan ekonomi, khususnya pembiayaan pembangunan. Hassan El Khatib, yang memiliki latar belakang keuangan di Bank Eropa untuk Rekonstruksi dan Pembangunan, mengisi kembali peran menteri investasi.
Meskipun investasi asing baru-baru ini meringankan kekurangan mata uang Mesir yang kronis, tetapi pemadaman listrik dan kekurangan gas terus menimbulkan tantangan bagi masyarakat Mesir dan bisnis mereka.
Karim Badawi, yang baru-baru ini menjabat sebagai manajer di sebuah perusahaan jasa lapangan minyak, kini akan menjabat sebagai menteri perminyakan dengan prioritas pada pasokan bahan bakar ke pembangkit listrik.
Mahmoud Esmat, yang sebelumnya bekerja di perusahaan publik, mengambil alih kementerian ketenagalistrikan. Sherif Farouk, yang mengawasi reformasi pensiun di perusaan pos negara, Egypt Post, akan memimpin kementerian pasokan, yang mengelola impor gandum dan program subsidi pangan dalam jumlah besar.
Di Kementerian Luar Negeri, Badr Abdelatty menggantikan diplomat veteran Sameh Shoukry, dengan fokus pada upaya diplomatik Mesir di tengah konflik regional, termasuk perang Gaza.
Perubahan militer juga menyertai perombakan Kabinet. Jenderal Abdel Majeed Saqr ditunjuk sebagai menteri pertahanan, dan Letnan Jenderal Ahmed Fathy Khalifa sebagai kepala staf. Penunjukan keduanya menekankan peran penting militer dalam Pemerintahan Mesir.
Kabinet baru menghadapi tantangan ganda dalam menstabilkan perekonomian Mesir dan mengatasi ketegangan regional, yang menekankan peran penting Mesir dalam diplomasi Timur Tengah. [ft/rs]