Mesir mengeluarkan sebuah laporan pendahuluan yang mengatakan, para penyelidik tidak menemukan adanya bukti tindakan terorisme menjadi penyebab jatuhnya pesawat Rusia 31 Oktober lalu di Semenanjung Sinai yang menewaskan 224 orang.
Sebuah pernyataan dari kementerian penerbangan sipil mengatakan, penyelidikan untuk mengetahui penyebab jatuhnya pesawat itu terus berlanjut, namun sejauh ini tidak ada yang mengindikasikan akibat tindakan terorisme atau tindakan ilegal lainnya.
Ini merupakan kesimpulan yang bertentangan dengan pernyataan Amerika dan Inggris bahwa mereka menduga sebuah bom di pesawat adalah penyebabnya.
Pernyataan Mesir yang kata-katanya tidak jelas mencerminkan keengganan mendalam di kalangan pejabat pemerintah untuk menyimpulkan kemungkinan adanya bom, karena berimplikasi bahwa keamanan tidak ketat di bandara Sharm el Sheikh, di mana sebuah pesawat Metrojet Rusia lepas landas.
Pesawat penumpang Airbus A 321-200 pecah 23 menit setelah meninggalkan tempat peristirahatan Laut Merah menuju St Petersburgh, dan menewaskan ke 224 penumpang di dalamnya. Kecelakaan ini menyebabkan Rusia menghentikan semua penerbangan ke dan dari Mesir, sementara Inggris juga menghentikan penerbangan ke dan dari tempat peristirahatan itu. Tindakan ini sangat memukul industri pariwisata yang sangat penting bagi perekonomian Mesir.
Rusia dan negara-negara Barat, termasuk AS, sebelumnya mengatakan, sebuah bom yang ditempatkan di dalam pesawat Airbus itu mengakibatkan jatuhnya pesawat. Kelompok ISIS mengaku bertanggung jawab atas aksi itu dan merilis gambar-gambar yang kata mereka menunjukkan bom.
Beberapa pejabat yang terlibat dalam penyelidikan Mesir itu mengatakan kepada AP bahwa kesenjangan keamanan di bandara Sharm el-Sheikh menyebabkan pelacakan pelakunya sulit, termasuk video pengintaian yang buruk serta jumlah orang yang bisa masuk ke sarana itu dengan penelitian yang terbatas.
Pada tanggal 17 November lalu, Rusia mengatakan, sebuah bom merupakan penyebabnya, uji nya memperoleh temuan sebuah bom setara dengan 1 kilogram TNT meledak di dalam Airbus itu, dan menyebabkannya pecah di udara. Sebagai tanggapan, Perdana Menteri Meris Sherif Islmail mengatakan negaranya akan “mempertimbangkan” kesimpulan Rusia itu.
ISIS mengatakan, mereka menjatuhkan pesawat itu sebagai pembalasan atas serangan udara Rusia di Suriah, yang dimulai akhir September lalu. Rusia mengundang kecaman pemerintah-pemerintah Barat yang mengatakan, negara itu melangsungkan serangan udara untuk mendukung Presiden Bashar al-Assad dan bukan untuk memerangi kelompok militan itu. Pentagon menyatakan, setelah peristiwa jatuhnya pesawat tersebut, target-target Rusia tampaknya lebih terfokus pada ISIS. [ab/jm]