Jumlah kasus baru virus corona Jepang mencapai rekor tertinggi, Kamis (19/11). Perdana menteri mendesak masyarakat untuk meningkatkan kehati-hatian namun tidak menyerukan pembatasan perjalanan atau bisnis.
Kementerian Kesehatan melaporkan 2.179 kasus baru selama 24 jam terakhir. Ini merupakan kali pertama Jepang mencatat lebih dari 2.000 kasus per hari sejak wabah merebak. Tertinggi sebelumnya untuk jumlah kasus baru adalah 1.723 pada 14 November.
Dibandingkan dengan banyak negara lain, Jepang dinilai banyak pihak berhasil memerangi virus itu. Negara itu memiliki 122.966 kasus, dengan 1.922 kematian, sejak pandemi dimulai. Namun, jumlah kasus baru akhir-akhir ini melonjak secara signifikan, dan bahkan membukukan rekor baru secara nasional dan di Tokyo, kota terbesar di negara itu.
Pemerintah metropolitan Tokyo, Kamis (19/11) melaporkan 534 kasus baru, rekor tertinggi, dan menaikkan tingkat kewaspadaannya menjadi “merah” atau tertinggi dalam skala empat.
Lonjakan jumlah kasus baru secara nasional terutama di wilayah ibu kota yang padat dan Hokkaido di utara, mengkhawatirkan pemerintah dan para pakar kesehatan. Pasalnya, Jepang akan menghadapi liburan panjang akhir pekan mendatang dan liburan musim dingin yang kerap diwarnai perjalanan wisata dan pesta-pesta.
Para ahli di Satgas Penanggulangan Covid-19 Tokyo, Kamis (19/11), meminta pemerintah untuk memastikan ketersediaan lebih banyak tempat tidur untuk pasien, dan kamar hotel bagi mereka dengan gejala yang tidak terlalu serius sebelum penularan berlangsung semakin cepat.
Perdana Menteri Yoshihide Suga mengatakan, Kamis (19/11), ia telah menginstruksikan para menteri kabinetnya untuk melakukan yang terbaik untuk mencegah peningkatan penularan. Ia juga mendesak pemberlakuan kebijakan mengenakan masker secara menyeluruh. Namun ia mengatakan bahwa insentif pariwisata dan restoran yang digelar pemerintahnya akan terus berlanjut.
Kampanye makan “Go To Eat'' yang bertujuan untuk mendukung restoran dan industri pariwisata diperketat. Restoran membatasi jumlah tamu pada satu meja makan menjadi maksimum empat orang. Ia juga meminta orang-orang untuk memakai masker saat makan, melepasnya hanya saat memasukkan makanan ke mulut dan segera mengenakannya kembali saat berbicara.
Para ahli mengatakan penggunaan masker wajah Jepang secara luas dan tindakan-tindakan pencegahan umum lainnya, serta tradisi budaya yang tidak berjabat tangan dan berciuman, mungkin telah membantu menekan jumlah kasus di negara itu sehingga tetap rendah.
Jumlah kasus baru berangsur-angsur meningkat setelah pemerintah mencoba menyeimbangkan pencegahan penyakit dan ekonomi tanpa membatasi aktivitas bisnis. [ab/uh]