Pertempuran sengit di Sudan dilaporkan terjadi di ibu kota, Khartoum, dan sekitarnya pada Kamis dini hari, terlepas dari gencatan senjata satu pekan yang disepakati kedua pihak dalam konflik itu.
Pasukan militer Sudan dan paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF) masing-masing tampaknya berusaha mendorong pihak lain keluar dari tengah kota Khartoum dan daerah-daerah di sekitar istana presiden serta markas militer.
Sekjen PBB Antonio Guterres pada Rabu (3/5) menyerukan diakhirinya pertempuran di Sudan serta meminta dukungan internasional bagi rakyat Sudan yang ia katakan menghadapi bencana kemanusiaan.
“Bantuan harus diizinkan memasuki Sudan, dan kita memerlukan akses langsung dan aman agar dapat mendistribusikannya kepada orang-orang yang paling membutuhkannya,” kata Guterres dalam konferensi pers di Nairobi, Kenya. “Warga sipil dan infrastruktur sipil harus dilindungi, dan para pekerja kemanusiaan serta aset mereka harus dihormati.”
Kementerian Kesehatan Sudan mengatakan lebih dari 500 orang telah tewas dan hampir 5.000 terluka sejak pertempuran dimulai pada 15 April, dalam perebutan kekuasaan antara para pemimpin pasukan pemerintah Sudan dan RSF.
Badan migrasi PBB (IOM) pekan ini mengatakan sedikitnya 334 ribu orang mengungsi di dalam Sudan akibat pertempuran, selain 100 ribu orang yang melarikan diri keluar negara itu.
Badan pengungsi PBB telah memperingatkan bahwa pertempuran dapat menyebabkan lebih dari 800 ribu orang meninggalkan negara di bagian timur laut Afrika itu. Banyak di antara mereka yang mengungsi ke tujuh negara yang berbatasan dengan Sudan, di antaranya Chad, Sudan Selatan, Republik Afrika Tengah, Mesir dan Ethiopia.
Upaya gencatan senjata terbaru yang diumumkan Kementerian Luar Negeri Sudan Selatan, Selasa mengatakan bahwa panglima militer Sudan Jenderal Abdel Fattah al-Burhan dan Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo, komandan RSF, telah menyetujui gencatan senjata baru.
Sekjen PBB menyatakan prihatin karena gencatan senjata sebelumnya berkali-kali dilanggar, dan ia mendesak masyarakat internasional agar menekan kedua jenderal itu untuk menghormati dan menerapkan gencatan senjata terbaru.
Presiden Sudan Selatan Salva Kiir menekankan pentingnya gencatan senjata yang lebih lama dan menunjuk utusan untuk perundingan perdamaian, yang disepakati kedua pihak
Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sissi mengatakan pemerintahnya akan mendukung pembicaraan di Sudan antara faksi-faksi yang bersaing itu, seraya menambahkan ia “berhati-hati untuk tidak mencampuri urusan dalam negeri mereka.” [uh/lt]
Forum