Serangan udara AS di Suriah yang menarget fasilitas-fasilitas milik kelompok bersenjata Irak yang didukung Iran, menewaskan salah satu anggota milisi dan melukai sejumlah lainnya, kata seorang pejabat milisi Irak itu, Jumat (26/2).
Pentagon mengatakan serangan itu adalah pembalasan atas serangan roket di Irak sebelumnya bulan ini yang menewaskan seorang kontraktor sipil, melukai seorang anggota pasukan AS dan mencederai beberapa anggota pasukan koalisi lainnya.
Pejabat milisi Irak itu mengatakan kepada Associated Press bahwa serangan terhadap Kataeb Hezbollah (Brigade Hizbullah) tersebut menghantam daerah perbatasan di Boukamal, Suriah, yang menghadap Qaim di Irak. Ia berbicara dengan syarat namanya dirahasiakan karena tidak berwenang untuk berbicara tentang serangan itu.
Kelompok-kelompok pemantau perang Suriah mengatakan serangan itu menghantam truk-truk yang sedang memindahkan senjata ke pangkalan milisi dukungan Iran di Boukamal.
“Saya yakin dengan target yang kami incar, kami tahu apa yang kami hantam, '' kata Menteri Pertahanan Lloyd Austin kepada wartawan yang terbang bersamanya dari California ke Washington, tak lama setelah serangan udara AS yang dilangsungkan Kamis malam itu.
Serangan udara itu adalah aksi militer pertama yang dilancarkan oleh pemerintahan Biden, yang dalam pekan-pekan pertama telah menekankan niatnya untuk lebih fokus pada tantangan yang ditimbulkan oleh China, bahkan ketika ancaman Timur Tengah masih ada. Keputusan Biden untuk menyerang di Suriah tampaknya tidak mengisyaratkan niat untuk memperluas keterlibatan militer AS di wilayah tersebut melainkan untuk menunjukkan keinginan untuk membela pasukan AS di Irak.
Di masa lalu, AS pernah menarget fasilitas-fasilitas milik Kataeb Hezbollah di Suriah. Kataeb Hezbollah dituding bertanggung jawab atas banyak serangan yang menarget personel dan kepentingan AS di Irak. Kataeb Hezbollah Irak di Suriah tidak ada hubungannya dengan gerakan Hezbollah Lebanon.
Syrian Observatory for Human Rights, sebuah kelompok HAM yang berbasis di Inggris, mengatakan serangan itu menarget pengiriman senjata yang dibawa oleh truk-truk yang memasuki wilayah Suriah dari Irak. Kelompok itu mengatakan 22 anggota Pasukan Mobilisasi Rakyat, kelompok payung Irak yang sebagian besar terdiri dari paramiliter Syiah yang mencakup Kataeb Hezbollah, tewas. Laporan tersebut tidak dapat diverifikasi secara independen.
Menteri Pertahanan Austin mengatakan ia yakin serangan AS menghantam kelompok milisi yang sama yang melancarkan serangan roket pada 15 Februari di Irak Utara yang menewaskan seorang kontraktor sipil, melukai seorang anggota militer AS dan mencederai sejumlah personel koalisi lainnya.
Austin mengatakan ia telah merekomendasikan tindakan itu kepada Presiden Joe Biden. “Kami sudah berulang kali mengatakan bahwa kami akan merespons sesuai jadwal kami, '' kata Austin. “Kami ingin memastikan bahwa kami memiliki target yang tepat. ''
Sebelumnya, Juru Bicara Pentagon John Kirby mengatakan tindakan AS itu adalah “tanggapan militer yang proporsional'' yang diambil bersama dengan langkah-langkah diplomatik, termasuk konsultasi dengan mitra-mitra koalisi.
“Operasi tersebut mengirimkan pesan jelas bahwa Presiden Biden akan bertindak untuk melindungi personel Amerika dan koalisi, '' kata Kirby.
Kirby mengatakan serangan udara AS itu “menghancurkan banyak fasilitas di titik kontrol perbatasan yang digunakan oleh sejumlah kelompok militan yang didukung Iran'', termasuk Kataeb Hezbollah dan Kataeb Sayyid al-Shuhada.
Rincian lebih lanjut belum tersedia hingga berita ini diturunkan. [ab/uh]