Sejumlah ekstremis Muslim telah menyandera seorang pastor dan sejumlah orang lainnya setelah menerobos masuk sebuah katedral di Marawi, Filipina Selatan.
Uskup agung Filipina Socrates Villegas mengatakan, mereka yang disandera termasuk 10 pengunjung dan tiga pegawai katedral itu. Ia juga mengatakan, para penyandera menuntut pemerintah menarik pasukannya dari wilayah itu.
Aksi kekerasan di Marawi berawal Selasa (23/5) setelah pasukan keamanan menggerebek tempat persembunyian komandan Abu Sayyaf Isnilon Hapilon, yang sudah menyatakan kesetiaan kepada ISIS.
Presiden Rodrigo Duterte memberlakukan darurat militer selama 60 hari di propinsi Mindanao, Filipina selatan, yang mencakup Marawi.
Ia mengatakan, Rabu, ia akan mempertimbangkan pemberlakuan darurat militer di wilayah-wilayah lain negara itu jika aktivitas militan menyebar.
Menteri Pertahanan Delfin Lorenzana mengatakan, puluhan orang bersenjata menduduki balai kota d Marawi, membakar sebuah gereja dan sejumlah rumah. Serangan militan itu menewaskan sedikitnya dua tentara dan seorang polisi. [ab/as]