Panglima pasukan Amerika dan NATO di Afghanistan mengatakan negara tetangga Pakistan belum melakukan tekanan yang cukup terhadap Jaringan Militan Haqqani untuk mencegah mereka merencanakan serangan maut lintas perbatasan.
Pihak berwenang Afghanistan menuduh para pemimpin jaringan itu , yang mendampingi Taliban dalam pertempuran, melindungi dan mengarahkan serangan-serangan besar, terutama di ibukota Kabul, dari tempat-tempat perlindungannya di wilayah Pakistan, dengan dukungan terselubung dari pejabat intelijen Pakistan.
“Tidak ada tekanan yang cukup dikenakan terhadap Haqqani” oleh pemerintah Pakistan, kata Jenderal John Nicholson dalam jumpa pers di Pentagon hari Jumat.
“Haqqani dapat terus melakukan operasi di dalam Afghanistan. Mereka merupakan ancaman utama terhadap Amerika, terhadap anggota koalisi dan Afghanistan, terutama di dan sekitar Kabul,” katanya menambahkan.
Namun ia mengakui jumlah serangan di ibukota Afghanistan telah berkurang hingga 16 tahun ini dibandingkan dengan 23 tahun lalu dalam kurun waktu yang sama tahun 2015, yang dianggapnya sebagai hasil langkah keamanan bersama Amerika dan Afghanistan.
Pihak berwenang Pakistan membantah adanya tempat berlindung Haqqani di wilayahnya dan berkeras operasi kontra-terorisme telah menyerang tanpa pandang bulu dan menghancurkan semua pra-sarana militan di wilayah Pakistan, termasuk prasarana pemberontak Afghanistan.
Hubungan antara Islamabad dan Washington telah terganggu dalam 10 tahun ini karena kekecewaan atas ketidak sediaan Pakistan untuk bertindak terhadap Haqqani.
Bulan lalu, pemerintahan Amerika memutuskan untuk tidak membayar pemerintah Pakistan $300 juta biaya militer setelah Menteri Pertahanan Amerika Ash Carter mengatakan kepada Kongres ia tidak dapat memastikan Pakistan mengambil tindakan yang cukup terhadap Haqqani dan kelompok militant lain di wilayah Pakistan.
Dalam jumpa pers hari Jumat (23/9), Jenderal Nicholson juga mengukuhkan bahwa seorang saudara Sirajuddin Haqqani, panglima jaringan itu, sudah dalam tahanan Afghanistan dan telah dijatuhi hukuman mati oleh pengadilan Afghanistan.
Presiden Afghanistan Ashraf Ghani telah mengalami desakan yang meningkat di dalam negeri untuk memastikan agar si terhukum mati tersebut, Anas Haqqani, segera di eksekusi untuk menjera jaringan saudaranya menumpahkan darah warga Afghanistan lagi.
Tetapi, Nicholson memberi indikasi ada kemungkinan peradilan yang diberitakan luas itu tidak akan berakhir dalam waktu dekat, dengan alasan hukuman mati tersebut sedang dalam proses kasasi. [gp]