Sejumlah pejabat militer Filipina mengatakan, Rabu (7/6), mereka telah meminta perusahaan-perusahaan media sosial, termasuk Facebook, untuk menghapus video yang menggambarkan sejumlah militan sedang menghancurkankan sebuah gereja Katolik di sebuah kota di Filipina Selatan.
Mereka mengatakan, video yang diposkan di internet itu kemungkinan merupakan usaha untuk mengobarkan kebencian dan mengubah konflik yang sedang berlangsung menjadi perang agama. Video tersebut menunjukkan sejumlah militan merobek gambar Paus Fransiskus, menggulingkan salib, serta menginjak-injak dan membakar patung-patung keagamaan.
Juru bicara militer Brigadir Jenderal Restituto Padilla juga mendesak para pengguna internet untuk tidak mengedarkan video tersebut.
Kelompok militan yang terkait ISIS terus menguasai sejumlah kantung wilayah di Marawi, yang mereka serang lebih dari dua pekan lalu. Mereka diyakini masih menyandera seorang pastur dan beberapa orang lainnya. Padilla mengatakan, “Ini bukan perang agama, ini adalah serangan teror terhadap Marawi.”
Menurut Padilla, bentrokan yang pecah sejak 23 Mei lalu antara pasukan keamanan Filipina dan kelompok militan itu telah menewaskan 20 warga sipil, 134 militan, dan 39 tentara pemerintah. Ia juga mengatakan, lebih dari 1500 warga sipil telah diselamatkan.
Padilla juga mengatakan, kekuatan kelompok militan itu saat ini semakin mengecil. Selasa (6/6), polisi dan militer Filipina menangkap beberapa tersangka militan di luar kota Marawi. [ab/as]