Juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Daniel Hagari pada Kamis (9/5) mengatakan pihaknya telah memiliki semua yang diperlukan untuk operasi di Gaza.
“Tentara telah memiliki amunisi untuk misi yang telah direncanakan itu, dan tentunya untuk misi di Rafah juga. Kami memiliki apa yang kami butuhkan,” ujarnya kepada wartawan seraya menambahkan, “saya mengatakan hal ini dalam konteks apa yang terjadi dengan Amerika Serikat, dan merupakan hal yang penting untuk menyampaikan hal ini.”
Biden pekan lalu telah menghentikan pengiriman sejumlah bom besar ke Israel karena khawatir senjata-senjata itulah yang telah menewaskan banyak warga sipil di Gaza, dan hal serupa akan terulang jika Israel melakukan serangan besar-besaran di Rafah.
Biden juga mengancam akan menangguhkan pengiriman piranti pemandu bom dan artileri ke Israel di masa depan, dengan harapan ancaman tersebut akan membuat Israel mundur dari operasi militernya di kota tersebut.
Pasukan Israel pada Selasa (7/5) merebut kendali penyeberangan perbatasan Rafah yang vital di Gaza – dalam apa yang digambarkan oleh Gedung Putih sebagai operasi terbatas yang tidak sampai pada invasi penuh – karena pemerintah Biden telah berulangkali memperingatkan Israel tentang rencananya itu.
Amerika Serikat percaya langkah seperti itu akan menewaskan lebih banyak korban sipil dan memperburuk krisis kemanusiaan yang sudah mengerikan di Gaza.
Netanyahu mengatakan serangan untuk merebut Rafah – yang disebut Israel sebagai benteng pertahanan terakhir Hamas di Gaza – sangat penting untuk menghancurkan Hamas supaya tidak lagi mengulangi serangan seperti tanggal 7 Oktober lalu yang menewaskan sekitar 1.200 orang. Hamas ketika itu juga menculik 250 sandera. [em/jm]
Forum