Korea Utara menembakkan dua misil jarak pendek di pesisir timurnya Kamis pagi (25/7), sebut militer Korea Selatan. Ini merupakan langkah yang tampaknya ditujukan untuk meningkatkan posisi Pyongyang dalam pembicaraan nuklir dengan Amerika Serikat.
Dewan Keamanan Nasional (NSC) Korea Selatan menyatakan Korea Utara menembakkan “suatu jenis misil balistik jarak pendek,” sebut kantor presiden dalam pesan kepada para wartawan. NSC menyatakan “keprihatinan kuat” mengenai peluncuran tersebut, seraya menyatakan hal tersebut tidak membantu mengurangi ketegangan militer.
Misil-misil itu diluncurkan dari sekitar Wonsan, kota di bagian timur Korea Utara, dan mengarah ke timur sebelum jatuh ke laut, sebut Ketua Gabungan Kepala Staf Korea Selatan. Misil pertama meluncur sejauh 430 kilometer dan yang kedua 690 kilometer.
Misil-misil itu diluncurkan dari sekitar Wonsan, kota di bagian timur Korea Utara, dan mengarah ke timur sebelum jatuh ke laut, sebut militer Korea Selatan. Misil pertama meluncur sekitar 430 kilometer dan yang ke-dua 690 kilometer.
Seoul sebelumnya memperkirakan kedua misil itu terbang sejauh 430 kilometer, membuat sebagian pengamat membandingkan proyektil-proyektil itu dengan kuasil misil balistik jarak pendek yang diujicoba Korea Utara pada Mei lalu. Misil-misil itu memiliki jarak jelahan sekitar 450 kilometer.
Korea Selatan tampaknya menganggap uji coba misil terbaru ini sebagai eskalasi yang lebih serius. Setelah peluncuran bulan Mei, perlu waktu berpekan-pekan sebelum pejabat Korea Selatan menyebut senjata itu sebagai “misil,” bukannya “proyektil” yang kedengarannya kurang berbahaya. Kali ini, Seoul menyebut proyektil tersebut sebagai “misil balistik,” yang peluncurannya akan merupakan pelanggaran terhadap resolusi-resolusi Dewan Keamanan PBB.
Peluncuran itu menegaskan kegagalan para pejabat Amerika untuk memajukan pembicaraan nuklir tingkat kerja dengan Korea Utara, meskipun telah berlangsung tiga pertemuan antara Presiden Amerika Donald Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un. [uh/ab]