Ratusan perempuan dibunuh di Pakistan demi kehormatan setiap tahun. Hari Jumat (15/7), Qandeel Baloch sedang merayakan hari raya Idul Fitri bersama keluarganya dan bepergian dari Karachi ke desa Muzaffarabad di provinsi Punjab, Pakistan tengah.
Dia sedang tidur, kata polisi, ketika salah seorang dari ke-6 saudara laki-lakinya mencekik Baloch hingga meninggal dunia di rumah keluarga tersebut.
“Qandeel Baloch dibunuh, dicekik hingga tewas oleh saudaranya sendiri. Tampaknya ini adalah kasus pembunuhan demi kehormatan,” kata Sultan Azam, perwira tinggi kepolisian di Multan, kepada AFP.
Si pembunuh, menurut polisi, sudah melarikan diri.
Di Pakistan, orang yang membunuh demi kehormatan keluarga pada umumnya bebas dari tuntutan hukum yang memungkinkan keluarga korban memaafkan pembunuh – yang biasanya anggota keluarga.
Baloch, yang nama sesungguhnya adalah Fauzia Azeem, menjadi terkenal tahun 2014 setelah munculnya sebuah video di mana ia menanyakan seorang pria, “apakah saya cantik?,” menjadi viral atau sangat popular.
Baloch juga menimbulkan kontroversi. Dia menyinggung kaum konservatif ketika memuat foto-fotonya bersama Mufti Qavi, seorang ulama terkenal.
Menurut laporan, Baloch minum dan merokok bersama Qavi pada bulan suci Ramadan. Qavi membantah klaim tersebut dan mengatakan mereka hanya bertemu untuk membicarakan ajaran Islam.
Namun, Baloch juga mendapat pujian dari kalangan kaum muda Pakistan karena berani melanggar pantangan sosial serta mengutuk kaum konservatif atau kaum fanatik.
Dalam laporan sebelumnya, dia mengatakan kepada AFP bahwa “orang tergila-gila – terutama anak-anak perempuan” setelah pada Hari Valentine, dia memuat video yang bertentangan dengan pesan presiden agar menjauhi pengaruh “barat.” Dia mengenakan pakaian merah-ungu.
“Saya memperoleh sangat banyak telepon dari anak-anak perempuan yang mengatakan kepada saya bahwa saya adalah inspirasi mereka dan mereka ingin seperti saya," katanya.
Sejak hari Sabtu (16/7), berita pembunuhan itu sangat ramai di media sosial. Sebagian mengutuk pembunuhan tersebut dan menyerukan pengambilan tindakan, lainnya mengatakan pembunuhan tersebut terpaksa harus dilakukan.
Baloch, menurut laporan, sebelumnya telah bermaksud untuk meninggalkan Pakistan karena alasan keselamatan. Dia sering menerima ancaman pembunuhan.
Pembunuhan demi kehormatan di Pakistan sering dipandang sebagai "hukuman" terhadap pelanggaran tradisi di sana. [gp]