Salah satu restoran yang ada di Portland adalah Tokio Table, restoran khas Jepang yang dimiliki oleh seorang diaspora Indonesia bernama Monica Linda Gani.
"Karena kita menyajikan makanan Jepang, kita jadi inget pas di Tokyo itu kita semua masak di meja, makanya kita namakan Tokio Table, dan Tokio-nya pake "I" karena memang ejaan zaman dulu Tokio pakai 'I'," jelas Hilda kepada VOA Indonesia.
Tokio Table memiliki spesialisasi makanan Jepang ala teppanyaki, yang juga merupakan pilihan baru bagi warga Portland.
"Teppanyaki artinya pemanggang yang berbentuk datar dan kita sajikan itu di depan customer, kita masaknya juga di depan mereka. Jadi kebanyakan yang belum tahu teppanyaki mereka jadi surprised ketika datang ke sini. Mereka bertanya, kamu akan masak semuanya di atas meja? Tapi biasanya mereka suka," jelas Adrian Gani, koki kepala di Tokio Table yang juga merupakan adik Linda.
"Sebenarnya justru buka restoran di sini gak terlalu susah, asal kita ikuti semua aturan yang ada di pemerintah, ada bukunya jadi gampang, pokoknya asal diikutin semuanya ini bisa dilakukanlah," terang Linda yang memutuskan terjun ke bisnis restoran setelah menerima ajakan Adrian yang memiliki pengalaman bekerja di restoran serupa.
Linda juga menyebut, persaingan untuk restoran teppanyaki belum terlalu ketat karena di Portland hanya ada lima restoran sejenis.
"Kami menggunakan bahan-bahan segar saja karena Portland lebih suka hal-hal berbau lokal, karenanya kami mendukung bisnis lokal, bukan franchise atau perusahaan besar," tambah Adrian.
Sebagai restoran yang dikelola oleh keluarga, Tokio Table dapat menawarkan harga yang lebih murah ketimbang restoran waralaba. Di restorannya, Linda mematok harga mulai dari 15 hingga 40 dollar.
Stefan Jenie, seorang pelanggan di Tokio Table mengaku sering mendatangi restoran itu karena kualitas makanannya yang baik. Selain itu, Stefan juga menjagokan saos pedas racikan Adrian yang membedakan restoran teppanyaki ini dari restoran serupa.
"Karena kenal sama yang punya, tapi sebenarnya lebih karena kualitas makanannya ya, dan pengalaman ketika melihat kokinya memasak." ujar Stefan.
Dalam memperkenalkan restorannya, Linda banyak menggunakan media sosial, selain memasang iklan di media lokal. Tentunya, banyak juga diaspora Indonesia di Portland yang lantas menjadi pelanggannya. [hi/dw]