Hingga kini, lagu bertajuk, ‘I Love You, 3000’ telah ditonton lebih dari 140 juta kali di YouTube. Pencapaian ini berhasil membawa sang penyanyi, Stephanie Poetri, ke panggung Amerika Serikat. Stephanie tak menyangka bahwa lagu yang dirilis tahun 2019 ini akan membesarkan namanya.
“Aneh sih sebenarnya, kayak very low effort (tanpa kerja keras -red). Jadi pas aku keluarin juga kayak, ‘oh, ini buat seru-seru aja,’” kenang Stephanie Poetri saat ditemui VOA di Los Angeles.
Namun, dalam hati yang terdalam, ada sepercik harapan bahwa lagu ini dapat didengar oleh banyak orang.
“(Aku nggak pernah menyangka) untuk se-gede ini. Jadi sangat berterima kasih,” lanjut Stephanie.
Kegigihan Stephanie dalam bermusik diakui oleh sang ibu, penyanyi Titi Dwijayati atau yang lebih dikenal sebagai Titi DJ, yang merasa salut atas langkah yang diambil oleh anak bungsunya untuk berkarir di luar negeri.
Setelah tamat SMA, Stephanie mengutarakan keinginannya untuk ‘istirahat’ dulu dari pendidikan formal, untuk meniti karirnya di dunia musik.
“Dari situ sampai ke (lagu) ‘I Love You, 3000’ tuh nggak lama ya. Di tengah-tengah gap year-nya dia, jadi 6 bulan gitu ya, terus mulai masuk tawaran-tawaran dari label dari Amerika kan. Ada hampir 20 gitu kirim e-mail,” cerita Titi DJ kepada VOA.
Akhirnya pilihan Stephanie jatuh pada label musik 88 Rising, yang telah membesarkan nama artis-artis Indonesia seperti Rich Brian, Niki, dan Warren Hue. Ia pun langsung memutuskan untuk hijrah ke Los Angeles.
“Senang sih, soalnya salah satu hal yang menakutkan gitu untuk pindah ke Amerika kayak, ‘aduh serem nih, nggak kenal siapa-siapa.’ Tapi ada rasa senangnya, di label juga tetap ada (teman-teman asal Indonesiaku) gitu, jadi senang,” kata penyanyi berusia 22 tahun ini.
Titi DJ pun memberi restu putrinya untuk pindah ke Amerika Serikat. Menurut Titi, jika ingin menjadi musisi internasional, Stephanie memang ‘harus tinggal di pusat industri musik dunia,’ yang salah satunya adalah Amerika.
“(Aku merasa berutang budi kepada Mama), soalnya dia bener-bener ngebantu aku berkarir di Indo dan kemudian berkarir di (Amerika) juga,” tutur Stephanie.
‘Enggak Bohong Lagi’
Di bawah label musik 88 Rising, biasanya Stephanie Poetri bekerja sama langsung dengan produser dalam menggarap lagu, tetapi tak jarang juga dibantu oleh penulis lagu lain. Terkadang cocok untuk ia lagukan, namun tak jarang lagu tersebut lalu ditawarkan ke artis yang lain.
“Aku juga suka ngambil demo, jadi misalnya ada lagu dari (label) atau apa yang enggak dipakai, aku juga seneng-seneng aja gitu buat ngambil (di)jadiin lagu sendiri,” ujar penyanyi yang mengidolakan musisi Finneas ini.
Belum lama ini Stephanie merilis mini album pop akustik berjudul ‘Oh, to be in Love,’ yang berisi lima lagu bertema cinta. Inspirasi pun biasanya datang dari pengalaman pribadinya.
“Dulu tuh aku sering lebih banyak kayak bohong gitu,” kata Stephanie sambil tertawa.
“Soalnya kehidupan aku cukup (membosankan), tapi (akhir-akhir ini) aku sudah mulai bisa menulis dari (pengalamanku sendiri) Dan kerasa sih kayak, (autentik) dan enggak bohong lagi,” lanjutnya.
Sebagai sesama penyanyi, tak jarang Stephanie juga berkonsultasi dengan sang Ibu untuk meminta opininya, khususnya saat memilih lagu untuk dijadikan single. Dalam menggarap lagu, Stephanie mengaku belum berencana untuk berkolaborasi dengan artis dari 88 Rising lainnya. Namun, tidak akan menolak jika kesempatan itu datang.
“Masalahnya tuh kayak (aku masih mengidolakan mereka), jadi aku masih malu banget kalau lihat mereka. Tapi, (menurutku mereka sangat keren),” ujar penyanyi yang memiliki lebih dari 1,2 juta pengikut di Instagram ini.
Berkarir dari Nol
Memiliki ibu yang adalah seorang penyanyi terkenal, sejak kecil Stephanie sudah mengenal dan terbiasa dengan dunia musik di Indonesia. Ia pun kerap menemani ibunya bekerja.
“Dulu kan jadi juri di Indonesian Idol atau di 'the Voice' aku suka ikut,” jelasnya.
Mengikuti jejak karir ibunya, Stephanie kini menghadapi medan yang berbeda, khususnya ketika ia harus mandiri berkarir di Amerika. Terkadang, menjadi tantangan tersendiri bagi Stephanie, ketika ia harus mencari sesama musisi untuk berkolaborasi.
“Bedanya kalau di Indonesia tuh aku ada bantuan mama kan. Jadi aku juga dari kecil udah kenal banyak banget orang di industri. Di (Amerika) aku harus mulai dari nol. Cuman, (menurutku bagus) juga sih. Jadi enggak terlalu numpang gitu,” ujar Stephanie sambil tertawa.
Hal ini pun diakui oleh Titi DJ. Mengaku salut, Titi menyadari bahwa ini merupakan sebuah konsekuensi yang harus diterima oleh putrinya, jika memilih untuk berkarir di negeri orang.
“(Stephanie) bilang, ‘Mam, bisa aja sih aku berkarir di (Indonesia). Cuman aku senang, aku bisa akhirnya berkarir di luar, karena dengan begitu aku membuktikan kepada diri sendiri, bahwa aku memang bisa tanpa bantuan nama besar Titi DJ,’” cerita Titi DJ.
Satu hal yang selalu dipesankan oleh Titi DJ kepada Stephanie adalah untuk selalu menjaga komitmen dalam bermusik.
“Itu yang penting ya,” ujar Titi DJ.
Tantangan Bermusik di AS
Bicara soal tantangan bermusik di Amerika Serikat, Stephanie Poetri melihat bahwa sudah semakin banyak orang yang terjun ke industri ini. Namun, satu pesan yang ia ingin sampaikan kepada sesama musisi adalah mencari teman untuk berkolaborasi.
“Menurut aku bikin lagu akustik itu sangat gampang, dan cari temen untuk bisa main sama kamu, soalnya (aku merasa banyak orang) pengin banget (ide) bisa ngelakuin semuanya sendiri,” kata penggemar penyanyi serta penulis lagu Nadin Amizah dan Rahmania Astrini ini.
“(Namun pada akhirnya, aku juga tidak memulai semua ini sendiri. Menurutku, sangat baik untuk bisa mencari teman-teman yang juga suka musik) dan bisa ngebantu kamu (produksi) atau main instrumen gitu,” tambah Stephanie.
Untuk ke depannya, Stephanie juga berencana untuk terus menulis lagu dan bekerja sama dengan musisi-musisi di Amerika Serikat. Seperti yang ia katakan lewat beberapa unggahannya di Instagram, ia tengah menggodok beberapa lagu baru yang akan segera dirilis. [di/dw]
Forum