Pengusaha Indonesia berdarah Yahudi, Yaakov Baruch, Kamis (27/1), meresmikan Museum Holocaust pertama di Indonesia, sekaligus di Asia Tenggara. Museum ini berada di Sinagoge Sha'ar Hashamayim (dalam bahasa Ibrani berarti Gerbang Surga) yang berlokasi di Tondano, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara.
Holocaust adalah peristiwa pembantaian kaum Yahudi oleh pasukan Nazi Jerman selama Perang Dunia Kedua. Israel mengklaim tragedi itu menewaskan sekitar enam juta orang.
Kepada VOA, Yaakov Baruch menjelaskan Museum Holocaust tersebut dibuat untuk mengenang keluarga dari neneknya yang menjadi korban Holocaust. Neneknya adalah perempuan Yahudi Belanda dan menikah dengan lelaki Indonesia.
Alasan lainnya, kata Yaakov, karena adanya sikap anti-Yahudi di Indonesia yang makin menguat. Kian banyak orang menganggap Holocaust itu adalah cerita fiksi rekaan dari para pemenang dalam Perang Dunia Kedua.
"Saya ingin menegaskan bahwa itu tidak benar. Orang-orang Indonesia boleh saja membenci Israel tapi tidak boleh membantah sejarah pahit dan kelam suatu bangsa (Yahudi). Dengan adanya Museum Holocaust ini, saya ingin menunjukkan rasisme dan kebencian itu nggak bisa ditoleransi sama sekali," kata Yaakov.
Yaakov menambahkan keberadaan Museum Holocaust di Minahasa ini sebagai bagian dari upaya untuk mengedukasi masyarakat.
Bukan hanya sentimen anti-Yahudi, Yaakov menegaskan fobia atau ketakutan berlebihan terhadap Islam, kebencian terhadap ras atau agama apapun juga tidak boleh dibiarkan berkembang meluas di Indonesia dan harus diperangi.
Dia mengatakan Bupati Minahasa Royke Octavian Roring juga hadir dalam peresmian Museum Holocaust tersebut. Duta Besar Jerman untuk Indonesia Ina Lepel dan perwakilan dari Kedutaan Besar Austria di Jakarta juga turut hadir pada kesempatan tersebut.
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Hubungan Luar Negeri Sudarnoto Abdul Halim meminta kepada Pemerintah Kabupaten Minahasa untuk menutup Museum Holocaust tersebut. Dia mengaku kaget mengetahui ada pameran foto sejarah Holocaust di Indonesia.
Menurutnya keberadaan Museum Holocaust di Indonesia ini akan melukai perasaan rakyat Palestina yang sejak 1948 berjuang melawan penjajah Israel. Narasi yang dikembangkan dalam peristiwa Holocaust adalah bangsa Yahudi adalah bangsa yang disingkirkan dan teraniaya sehingga perlu dukungan masyarakat internasional.
Sudarnoto menegaskan Holocaust dan Zionisme sama-sama kejahatan dan menjadi musuh bersama. Namun dia meminta Pemerintah Kabupaten Minahasa lebih senssitif terhadap isu ini.
Karena itu dia meminta pameran foto Holocaust dan Museum Holocaust dibatalkan. Sebab itu mengganggu perasaan masyarakat Indonesia secara umum dan melukai hati bangsa Palestina yang selama ini dibela.
Bahkan dia menilai pembukaan Museum Holocaust di Minahasa tersebut dapat menjadi bom waktu.
"Kalau ini dibiarkan, itu bisa menyulut kemarahan dari warga bangsa kita, termasuk kekecewaan rayat Palestina yang sampai hari ini masih dizalimi oleh Zionisme Israel Jadi kejahatannya itu sama saja dengan Holocaust. Kalau masyarakat yahudi menentang Holocaust, tentang jugalah Zionisme Israel," ujar Sudarnoto.
Menanggapi pernyataan pejabat MUI tersebut, Yaakov menegaskan keberadaan Museum Holocaust di Minahasa bertujuan memerangi kebencian terhadap ras dan agama yang bisa menjadi bom waktu di kemudian hari.
Dia mengklaim di Indonesia sudah ada tulisan, "Dilarang buang sampah di sini, kecuali orang Yahudi." Fenomena semacam ini, katanya, mirip di Eropa pada 1930-an.
Yaakov menekankan keberadaan Museum Holocaust ini harus dilihat dari segi tragedi kemanusiaan dan ia tidak ingin diseret-seret ke dalam urusan politik terkait konflik Palestina-Israel. Dia berpendapat masyarakat Indonesia masih kesulitan membedakan Yahudi dengan israel.
"Ini yang membuat kami komunitas Yahudi di Indonesia merasakan kesulitan karena selalu dituduh, misalnya antek Israel, antek Zionis. Padahal kami ini murni orang Indonesia yang punya turunan Yahudi atau beragama Yahudi yang ingin beribadah dan menjalani kehidupan seperti warga Indonesia lainnya. Tidak ada kepentingan politik," tutur Yaakov.
Soal urusan normalisasi hubungan Indonesia-Israel, Yaakov melihat itu sebagai urusan negara dan bukan urusan komunitas Yahudi di Indonesia. Yaakov menegaskan komunitas Yahudi tetap berfokus menjadi warga negara Indonesia yang baik sekaligus orang Yahudi yang taat terhadap agama.
Pembukaan Museum Holocaust dan pameran foto sejarah Holocaust ini lanjutnya bekerja sama dengan Yad vashem, Museum Holocaust yang berada di Yerusalem. Dia mengatakan foto-foto sejarah Holocaust akan dipamerkan hingga 27 Januari 2023 dan dia berharap akan terus berlangsung setiap tahun.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Teuku Faizasyah menolak berkomentar banyak karena lebih pada kegatan sosial, budaya dan agama suatu komunitas. [fw/ah]