Muslim di seluruh dunia bersiap memasuki bulan suci Ramadan, yang dimulai Minggu malam atau Senin, tergantung penampakan bulan.
Umat Muslim akan berpuasa sebulan penuh, menahan lapar dan haus, dan lebih banyak menghabiskan waktunya berdoa dan mempelajari Quran. Selama bulan puasa umat Islam juga berusaha menghindari kebiasaan buruk dan hal-hal duniawi seperti merokok dan seks.
Perbedaan budaya dan geografi menghasilkan perbedaan cara Muslim menjalani bulan suci Ramadan ini.
Berpuasa sepanjang hari sulit dilakukan oleh mereka yang tinggal di kawasan kutub terutama bila Ramadan jatuh di musim panas.
Ulama-ulama Muslim dalam beberapa tahun terakhir mengeluarkan fatwa yang mengizinkan Muslim di kawasan di mana matahari tidak terbenam selama musim panas, atau, ketika Ramadan jatuh di musim dingin, di mana matahari tidak terbit, untuk mengikuti jadwal matahari terbit dan terbenam di Mekah.
Ramadan bagi Muslim Amerika
Seperti umat Muslim lainnya di seluruh dunia, Muslim di Amerika Serikat juga bersiap memasuki bulan suci Ramadan.
Jibril Hough, juru bicara Islamic Center of Charlotte, North Carolina, mengatakan Ramadan di AS berbeda dengan Ramadan di negara-negara dengan mayoritas warganya adalah umat Muslim.
Hough berkata demikian karena Muslim lebih sedikit di AS, Ramadan menjadi saat di mana umat Muslim berkumpul di masjid dengan sesama umat Muslim lainnya, daripada tinggal di rumah, seperti yang dilakukan umat Muslim di penjuru dunia lainnya.
"Pengalaman puasa di bulan Ramadan lebih kepada kebersamaan," ujarnya. "Kami adalah umat agama minoritas di Amerika dan ... khususnya menjelang akhir Ramadan, kami membawa makanan ke masjid, dan ritual ini seperti reuni keluarga. Pada saat itu, kita bertemu dengan saudara-saudara Muslim yang tidak pernah ditemui sepanjang tahun.
Seperti Muslim kebanyakan, Hough tetap bekerja selama bulan Ramadan, yang mungkin menjadi tantangan, khususnya bila pekerjaan seseorang menuntut aktivitas fisik pada musim panas di negara bagian North Carolina.
Tidak mudah menjelaskan kepada kolega-kolega non-Muslim kenapa ia tidak bisa minum ketika haus. Tapi Hough mengatakan pengorbanan ini sepadan bagi komitmennya terhadap agama.
"Kita tahu kita harus melakukannya," katanya. "Tuhan memerintahkan kita untuk berpuasa. Separuh perjuangan ada di sana. Perjuangan mental lebih banyak."
Langkah yang berbeda
Bahkan di antara sesama Muslim AS, langkah-langkah yang diambil berbeda untuk mencapai satu tujuan. Amani Elkassabany, seorang guru di Bethesda, Maryland, mengatakan ia telah memodifikasi puasanya selama ini.
Elkassabany mengatakan berpuasa sepanjang hari membuat seseorang terlalu fokus pada buka puasa, dan akhirnya makan terlalu banyak saat berbuka, kebiasaan yang tidak dianjurkan dalam ajaran Islam.
"Akhir-akhir ini, saya mencoba menjalankan puasa tapi tidak seperti yang dituliskan," ujarnya. "Tahun ini, saya tidak berpuasa dalam artian tidak makan dan minum mulai matahari terbit hingga matahari terbenam. Tapi saya akan makan dua kali sehari, dan bukannya tiga kali seperti biasanya."
"Saya akan berhenti makan daging, ayam, dan produk susu untuk alasan etika, kesehatan dan lingkungan. Saya akan mencari kesempatan untuk membangun komunitas spiritual. Saya akan berupaya menyertakan rasa belas kasih dan kebaikan dalam semua interaksi saya dengan lainnya," kata Elkassabany.
Membangun komunitas spiritual adalah bagian penting dari bulan Ramadan, kata Hough. Dan bukan hanya dengan sesama umat Muslim.
Saat iftar atau buka puasa, beberapa masjid membuka pintunya bagi orang-orang non-Muslim, yang diundang untuk makan dan menyaksikan atau bahkan ikut berdoa, dan ikut berdiskusi.
Open house
Open house adalah salah satu cara untuk membantu menghilangkan ketakutan orang-orang tentang ekstrimisme Islam. Masjid-masjid di Perancis membuka pintunya sepanjang satu akhir pekan pada bulan Januari setelah serangan pada 13 November di Paris.
Orang mungkin mengira mereka yang berpuasa sepanjang bulan Ramadan akan lega ketika bulan suci Ramadan selesai. Tapi menurut Hough tidak selalu begitu.
"Walaupun kita senang karena bisa makan lebih leluasa, tetapi rasanya seperti ketika ada anggota keluarga berkunjung selama satu bulan, dan kita sedih ketika ia pergi," katanya.
Tapi Hough bilang ia berusaha tidak meninggalkan kebiasaan selama bulan Ramadan. "Setelah Ramadan selesai, kita mencoba melakukan kebiasaan baik selama bulan Ramadan." [dw]