Ini adalah pemandangan memilukan yang telah berulang kali terlihat, ratusan ribu Muslim Rohingya melarikan diri dari persekusi di Myanmar ke negara tetangga Bangladesh: jumlah pria, wanita dan anak-anak yang ketakutan yang menyeberangi sungai Naf yang membengkak dan menunggu di sepanjang perbatasan untuk izin menyeberang.
Pada hari Rabu (1/11), setidaknya 2.000 orang yang kelelahan dan kelaparan menunggu di ladang padi di satu perbatasan sampai penjaga perbatasan Bangladesh mengijinkan mereka masuk. Sampai sore, tidak ada izin masuk diberikan.
Jadi mereka menunggu, berjongkok di ladang berlumpur. Anak-anak membawa adik-adik mereka. Orang-orang tua dibantu oleh keluarga.
Mereka semua lapar dan kelelahan ketika menunggu. Sebagian tergeletak, lainnya menangis sambil memegang anak-anak mereka.
Eksodus Muslim Rohingya dimulai 25 Agustus ketika sekelompok gerilyawan menyerang puluhan pos polisi di Myanmar.
Tindakan pembalasan dari pemerintah Myanmar sangat cepat dan ganas.
Sejak saat itu, ratusan desa Rohingya di negara bagian Rakhine telah dibakar. Rohingya yang menyelamatkan diri menceritakan tentang pembakaran, pemerkosaan dan penembakan oleh tentara Myanmar dan gerombolan Budhis. Kekerasan, yang disebut PBB sebagai pembersihan etnis itu, telah memicu lebih dari 600.000 orang Rohingya melarikan diri ke Bangladesh. [ps/al]