Dana anak-anak PBB (UNICEF) memperingatkan malnutrisi yang bisa mengancam jiwa melonjak di kalangan anak-anak pengungsi Rohingya yang melarikan diri ke Cox's Bazar, Bangladesh untuk menghindari kekerasan dan pelecehan di Myanmar. UNICEF tidak mengetahui tingkat malnutrisi atau kekurangan gizi yang akut di antara anak-anak pengungsi Rohingya.
Oleh karena itu, juru bicara UNICEF Marixie Mercado mengatakan bahwa survei nutrisi sedang berlangsung yang akan memberikan data penting pada waktu selesai pada bulan November.
"Apa yang sudah kita ketahui adalah bahwa kombinasi antara malnutrisi, kondisi sanitasi, dan penyakit di pemukiman pengungsi, bisa berpotensi menjadi bencana bagi anak-anak," paparnya.
Lebih dari 600.000 pengungsi Rohingya tiba di Cox's Bazar sejak tanggal 25 Agustus untuk menghindari kekerasan dan persekusi di negara bagian Rakhine, di Myanmar utara. Anak-anak terdiri dari hampir 60 persen dari jumlah pengungsi.
Mercado mengatakan bahwa UNICEF menyaring beberapa ratus anak yang terjebak di perbatasan pada arus pengungsian pertengahan Oktober. Dia mengatakan puluhan anak ditemukan menderita kekurangan gizi yang parah dan memerlukan perawatan segera guna menyalamatkan jiwa mereka.
Dia mengatakan pemeriksaan oleh Doctors Without Borders menemukan 14 kasus kekurangan gizi terburuk di antara 103 anak.
"Ini adalah jumlah yang sangat kecil anak-anak, jadi angka ini tidak representatif. Tetapi, yang mereka katakan kepada kami adalah paling sedikit sebagian anak-anak sudah sekarat saat mereka berhasil melewati perbatasan,” imbuh Mercado.
Selanjutnya, juru bicara UNICEF Mercado mengatakan bahwa penyebaran penyakit menular juga menjadi keprihatinan. Dia mengemukakan bahwa kasus campak telah dilaporkan merebak di antara anak-anak yang baru tiba dan juga mereka yang tinggal di Cox's Bazar untuk beberapa lama.
Dia mengatakan bahwa resiko penyakit diare dan disentri khususnya sangat tinggi di tempat yang sangat padat dan tidak sehat , di mana anak-anak tinggal. [sp/al]