Pemerintah Myanmar yang didukung militer telah membebaskan 102 tahanan, termasuk yang dipenjarakan atas tuduhan politik, hanya beberapa waktu sebelum pemerintah siap menyerahkan kekuasaan kepada partai oposisi yang prodemokrasi.
Para tahanan dibebaskan hari Jumat (22/1) dari penjara Insein di dekat Ranggon (Yangon), kata seorang juru bicara presiden. Sedikitnya 20 yang dibebaskan itu adalah tahanan politik, sementara yang lainnya adalah penjahat biasa, kata para pejabat.
Di antara yang dibebaskan adalah warga negara Selandia Baru Philip Blackwood. Lelaki berusia 32 tahun itu dijatuhi hukuman 2,5 tahun penjara karena menggunakan gambar Budha dalam selebaran, yang menurut hakim menghina agama Budha.
Di bawah kepemimpinan presiden yang reformis, Thein Sein, pemerintah Myanmar telah membebaskan lebih dari 1.300 tahanan politik dalam beberapa tahun ini, meskipun masih terus memenjarakan aktivis dan pembangkang.
Sedikitnya 537 orang masih tetap dipenjarakan atas tuduhan politik, sebut Assistant Association for Political Prisoners.
Amnesti terbaru ini diberikan setelah Deputi Menteri Luar Negeri Amerika Antony Blinken awal pekan ini mengunjungi negara itu dan mendesak para pemimpinnya agar membebaskan seluruh tahanan politik yang tersisa. Ini juga dilakukan beberapa bulan sebelum pemerintah Thein Sein menyerahkan kekuasaan kepada Liga Nasional bagi Demokrasi (NLD), yang dipimpin tokoh oposisi dan aktivis prodemokrasi Aung San Suu Kyi. NLD menang dengan suara besar dalam pemilu November lalu. [uh]