Para pejabat tentara Myanmar mengatakan mereka telah memulai penyelidikan internal mengenai tindak-tanduk pasukan Burma di negara bagian Rakhine, di mana pasukan militer Myanmar dituduh melakukan kekejaman terhadap anggota minoritas Muslim Rohingya. Ribuan warga telah melarikan diri ke negara tetangga Bangladesh, sejak Agustus.
Namun, belum jelas kapan militer akan mengeluarkan hasil temuannya.
“Kita akan dengan resmi merilis laporan ketika kami telah memperoleh informasi menyeluruh,” kata pejabat militer secara tertulis.
Di tengah krisis kemanusiaan yang mendalam, mantan sekjen PBB mengimbau agar kaum Muslim Rohingya yang mengungsi diizinkan pulang ke Negara bagian Rakhine.
Kofi Annan, yang baru-baru ini memimpin komisi mengenai krisis Myanmar, mengatakan dalam rapat tertutup Dewan Keamanan hari Jumat (13/10) kaum Rohingya “membutuhkan bantuan untuk pulang,” dan jangan dikirim ke kamp pengungsi.
Kekerasan pecah antara Rohingya dan militer Myanmar di negara bagian Rakhine tanggal 25 Augustus, ketika sekelompok militan Rohingya menyerang puluhan pos polisi dan sebuah pangkalan tentara dalam apa yang disebut militan usaha melindungi anggota etnis minoritas mereka terhadap penindasan.
Kira-kira 400 orang telah tewas dalam bentrokan yang menyusul. Gambar-gambar televisi yang dirilis organisasi hak azasi Amnesty Internasional menunjukkan desa-desa Rohingya dibakar sampai habis.
Kaum Rohingya yang mengungsi ke negara tetangga Bangladesh tinggal dalam kamp-kamp pengungsi. Annan mengatakan pemerintah Myanmar seharusnya menciptakan keadaan yang akan memungkinkan pengungsi pulang dengan bermartabat dan dengan perasaan aman.
PBB dan sejumlah negara telah menyebut keadaan yang telah menyebabkan sangat banyak orang mengungsi di Myanmar “pembersihan etnik.”
Myanmar membantah tuduhan itu, dan sebaliknya menuduh terorisme sebagai penyebab keadaan tersebut. [gp]