Nasib warga sipil di Ghouta Timur tidak menentu karena pemerintah Presiden Suriah Bashar al-Assad dan sekutunya memperketat cengkeramannya di daerah itu.
Ghouta Timur, salah satu dari kantong-kantong pemberontak terakhir yang dikuasai pemberontak di Suriah, sekarang 60 persen dikuasai rezim Suriah, kata Sekretaris Jenderal PBB António Guterres kepada Dewan Keamanan, Senin (12/3).
Aktivis dan pekerja bantuan Suriah setiap hari menyerukan penghentian pemboman wilayah penduduk sipil. Siraj Mahmood, juru bicara kelompok penyelamat White Helmets di Ghouta timur, mengatakan kepada VOA bahwa laki-laki, perempuan, anak-anak, bahkan balita, bersembunyi di tempat perlindungan bawah tanah dalam kondisi yang tak bisa digambarkan dengan kata-kata.
"Kami bertanya mengapa gencatan senjata di Ghouta timur tidak diterapkan, padahal sudah ada berbagai perundingan kesepakatan, bahkan untuk satu jam sehari, agar warga sipil bisa menghirup udara segar," kata Mahmood.
Gerak cepat pasukan pemerintah Suriah membuat Ghouta Timur terpecah menjadi tiga bagian, dan itu memudahkan merebut daerah itu yang sudah terkepung selama lima tahun. [my/ds]
.