NATO menurunkan benderanya di pusat komando tempurnya di Kabul, Afghanistan hari Senin (8/12) ketika aliansi itu mengakhiri operasi melawan Taliban dan Al-Qaida yang telah berlangsung selama 13 tahun.
Amerika melakukan invasi atas Afghanistan bulan Oktober 2001 untuk menggulingkan rejim Taliban yang melindungi pejuang Al-Qaida yang dinilai bertanggungjawab dalam serangan teroris di Amerika satu bulan sebelumnya.
Tetapi meskipun Komando Bersama Pasukan Bantuan Keamanan Internasional NATO menutup operasi-operasi tempurnya, Taliban masih terus melakukan serangan tanpa henti di seluruh Afghanistan.
Seorang militan yang menyerang pos polisi di propinsi Kandahar hari Senin (8/12) menewaskan sedikitnya lima orang. Serangan itu menyusul serangkaian serangan hebat terhadap ibukota Kabul.
Jenderal John Campbell hari Senin (8/12) mengatakan pasukan Afghanistan “semakin mampu” melindungi negara mereka.
Namun Amerika masih akan menempatkan hampir 11 ribu pasukan di Afghanistan setelah tahun 2014. Beberapa negara koalisi juga masih akan menempatkan sejumlah pasukan mereka disana.
Menurut angka dari Associated Press, sekitar 3.500 pasukan asing telah tewas di Afghanistan sejak invasi tahun 2001 – sebagian besar adalah tentara Amerika. Namun jumlah pasukan Afghanistan yang tewas jauh lebih besar, yaitu hampir 10 ribu orang dalam kurang dari dua tahun saja.
Menteri Pertahanan Amerika yang akan segera mengundurkan diri – Chuck Hagel – dalam kunjungan ke Afghanistan hari Minggu (7/12) mengatakan pasukan Amerika yang berada di negara itu masih akan menghadapi beberapa tantangan. Ia menambahkan Amerika tidak ingin melihat terjadinya kemunduran atas “kemajuan luar biasa yang telah dicapai” selama 13 tahun terakhir ini.