Mayoritas negara-negara miskin di dunia, yang mencakup hampir semua kematian ibu dan bayi saat melahirkan, sangat kekurangan tenaga bidan profesional yang dapat mengatasi masalah tersebut, menurut para ahli kesehatan, Selasa (3/6).
Di antara 73 negara berpenghasilan rendah dan menengah, hanya empat -- Armenia, Kolombia, Republik Dominika dan Yordania -- yang memiliki sumber-sumber daya memadai, menurut kajian yang dipimpin oleh Badan PBB untuk Dana Kependudukan
(UNPF) dan Badan Kesehatan Dunia (WHO).
"Lebih dari tiga perempatnya menghadapi kekurangan yang serius yang akan mengakibatkan kematian ibu dan bayi yang tidak perlu," Frances Day-Stirk, presiden Konfederasi Bidan Internasional, mengatakan pada wartawan lewat konferensi telepon.
Bidan, yang dilatih untuk membantu kelahiran bayi dan menyediakan perawatan medis sebelum dan setelah kehamilan, dapat memberikan sebagian besar layanan yang diperlukan untuk perempuan dan bayi yang baru lahir, menurut para ahli. Hal ini penting untuk mengurangi tekanan pada dokter, terutama di wilayah-wilayah tempat sumber daya medis langka atau sulit diakses.
Pada 2013, diperkirakan ada 2,6 juta kematian janin dalam kandungan, tiga juta kematian bayi yang baru lahir dan 289.000 kematian ibu saat melahirkan. Lebih dari 92 persen kematian tersebut terjadi di negara-negara yang dikaji, menurut kelompok tersebut dalam laporan "Kondisi Kebidanan Dunia".
Negara-negara yang termasuk dalam kajian ini termasuk China, India, Pakistan, Afghanistan, Republik Afrika Tengah, Chad, Guatemala dan Meksiko.
Banyak yang kurang memiliki infrastruktur yang penting untuk memungkinkan perawatan berkualitas dari para bidan, dan seringkali tidak memiliki sistem regulasi untuk pelatihan bidan memadai, menurut laporan tersebut. Pengumpulan data yang penting juga merupakan masalah.
Peningkatan layanan kebidanan juga bermanfaat secara ekonomi, karena dapat mengurangi kelahiran lewat operasi caesar yang mahal, menghemat sampai US$128,5 juta dalam lebih dari tiga dekade.
Sebuah negara yang telah menunjukkan peningkatan adalah Bangladesh, di mana pemerintahnya pada 2010 meluncurkan upaya untuk melatih 3.000 bidan, membantu mencapai tujuan-tujuan kesehatan utama meski kematian terkait melahirkan masih tinggi.
Laporan tersebut -- yang didanai PBB, pemerintah AS serta Kanada, Bill and Melinda Gates Foundation serta kelompok-kelompok lainnya, dan Johnson & Johnson -- adalah bagian dari upaya PBB dan WHO untuk meningkatkan akses terhadap bidan pada 2030. (Reuters)
Di antara 73 negara berpenghasilan rendah dan menengah, hanya empat -- Armenia, Kolombia, Republik Dominika dan Yordania -- yang memiliki sumber-sumber daya memadai, menurut kajian yang dipimpin oleh Badan PBB untuk Dana Kependudukan
(UNPF) dan Badan Kesehatan Dunia (WHO).
"Lebih dari tiga perempatnya menghadapi kekurangan yang serius yang akan mengakibatkan kematian ibu dan bayi yang tidak perlu," Frances Day-Stirk, presiden Konfederasi Bidan Internasional, mengatakan pada wartawan lewat konferensi telepon.
Bidan, yang dilatih untuk membantu kelahiran bayi dan menyediakan perawatan medis sebelum dan setelah kehamilan, dapat memberikan sebagian besar layanan yang diperlukan untuk perempuan dan bayi yang baru lahir, menurut para ahli. Hal ini penting untuk mengurangi tekanan pada dokter, terutama di wilayah-wilayah tempat sumber daya medis langka atau sulit diakses.
Pada 2013, diperkirakan ada 2,6 juta kematian janin dalam kandungan, tiga juta kematian bayi yang baru lahir dan 289.000 kematian ibu saat melahirkan. Lebih dari 92 persen kematian tersebut terjadi di negara-negara yang dikaji, menurut kelompok tersebut dalam laporan "Kondisi Kebidanan Dunia".
Negara-negara yang termasuk dalam kajian ini termasuk China, India, Pakistan, Afghanistan, Republik Afrika Tengah, Chad, Guatemala dan Meksiko.
Banyak yang kurang memiliki infrastruktur yang penting untuk memungkinkan perawatan berkualitas dari para bidan, dan seringkali tidak memiliki sistem regulasi untuk pelatihan bidan memadai, menurut laporan tersebut. Pengumpulan data yang penting juga merupakan masalah.
Peningkatan layanan kebidanan juga bermanfaat secara ekonomi, karena dapat mengurangi kelahiran lewat operasi caesar yang mahal, menghemat sampai US$128,5 juta dalam lebih dari tiga dekade.
Sebuah negara yang telah menunjukkan peningkatan adalah Bangladesh, di mana pemerintahnya pada 2010 meluncurkan upaya untuk melatih 3.000 bidan, membantu mencapai tujuan-tujuan kesehatan utama meski kematian terkait melahirkan masih tinggi.
Laporan tersebut -- yang didanai PBB, pemerintah AS serta Kanada, Bill and Melinda Gates Foundation serta kelompok-kelompok lainnya, dan Johnson & Johnson -- adalah bagian dari upaya PBB dan WHO untuk meningkatkan akses terhadap bidan pada 2030. (Reuters)