Pada pagi hari di Honolulu, tuna sirip kuning, tuna mata besar, dan jenis tuna lainnya, serta ikan todak, marlin, dan mahi-mahi, dilelang setelah diturunkan dari kapal-kapal yang melaut semalaman. Sekitar 145 kapal, beroperasi dari pelabuhan Honolulu, dengan tali pancing berumpan yang panjangnya berkilometer.
Kapal-kapal itu sebagian besar menangkap ikan di perairan internasional, setidaknya 400 kilometer di lepas pantai, bersama kapal-kapal dari Taiwan, China, Jepang, dan Korea Selatan. Pembeli grosir bersaing untuk mendapatkan tangkapan pada lelang pagi hari, dan satu tuna berkualitas tinggi dapat dijual seharga beberapa ratus dolar hingga lebih dari $1.000.
Konfrontasi jarang terjadi di laut lepas dekat Hawaii, tempat Komando Indo-Pasifik AS bermarkas dan Penjaga Pantai AS mempertahankan kehadiran yang kuat. Namun nelayan di wilayah itu telah menyaksikan dengan prihatin kapal-kapal penangkap ikan China yang mengintimidasi nelayan Filipina di perairan yang diklaim China di Laut China Selatan.
Pada 2016, pengadilan independen yang didukung PBB mendukung Filipina dengan menyangkal klaim China atas perairan tersebut. Namun, China menolak keputusan itu, dan kapal-kapal China masih secara rutin terlibat dalam konfrontasi di Laut China Selatan dengan negara-negara di kawasan yang mengandalkan wilayah itu sebagai daerah penangkapan ikan.
China adalah produsen dan konsumen makanan laut terbesar di dunia, dan para kritikus mengatakan armadanya terlibat dalam taktik agresif. Kapal-kapal China telah dituduh melakukan penangkapan ikan secara ilegal di banyak bagian dunia – tuduhan yang dibantah China – dan para pejabat industri perikanan di Hawaii khawatir tentang perluasan jejak China di Pasifik.
Jejak China di laut sangat besar. Sebuah perkiraan oleh Overseas Development Institute, sebuah pusat penelitian di Inggris, memberikan angka total armada China hampir 17 ribu kapal, jika kapal-kapal China yang menggunakan bendera negara lain ikut dihitung. [lt/ps]