Perdana Menteri Israel mendesak masyarakat internasional agar tidak membiarkan Iran mengembangkan kemampuan nuklirnya, dan mengaitkan perangnya melawan militan Hamas di Jalur Gaza dengan perang global yang lebih besar terhadap gerilyawan Negara Islam (ISIS).
Berbicara di depan Majelis Umum PBB hari Senin (29/9), Benjamin Netanyahu mengecam negara-negara yang mendukung upaya pimpinan Amerika untuk menghancurkan ISIS, karena tidak mendukung Israel dalam perang 50-hari baru-baru ini melawan Hamas.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menuduh Iran berusaha membohongi dunia demi mencapai persetujuan yang mengakhiri sanksi namun tetap memungkinkannya untuk membuat bom nuklir.
Netanyahu mengatakan kepada Majelis Umum PBB hari Senin bahwa Iran sedang dalam misi untuk menyebarkan revolusi Islam di seluruh dunia. Ia mengatakan Iran yang bersenjata nuklir lebih berbahaya daripada kelompok Islamis ISIS.
Ia memperingatkan bahwa militan Islam percaya pada “satu agama yang paling tinggi” seperti Nazi mengaku sebagai ras yang paling unggul dalam tahun 1930-an.
Perdana Menteri Israel itu mengatakan semua militan Muslim – termasuk ISIS, Hamas, al-Qaida dan Boko Haram – mempunyai kefanatikan idealisme yang sama dan bahwa Iran dapat menjadi basis kekuatan mereka.
Juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Jen Psaki mengatakan Amerika Serikat tidak sependapat dengan gambaran Netanyahu mengenai semua Islamis.
Psaki mengatakan sekalipun Hamas dan ISIS keduanya organisasi teroris, mereka merupakan ancaman yang berbeda dan tidak ada yang menyarankan Amerika menggunakan kekuatan senjata terhadap Hamas.
Netanyahu juga mendesak masyarakat internasional untuk tidak menandatangani kesepakatan nuklir dengan Iran yang memungkinkan negara itu terus memperkaya sebagian uranium.
Menteri Luar Negeri Suriah, Walild Mouallem, juga hari Senin (29/9), mengatakan kepada Majelis Umum PBB bahwa pemerintahnya mendukung upaya internasional memerangi ISIS.