Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengulangi lagi pentingnya kerjasama Israel-Amerika dalam melawan “militan Islam” di Timur Tengah, dengan mengatakan kedua negara harus berdiri bersama untuk memastikan “kebenaran menang atas kebohongan, dan harapan menang atas keputus-asaan.’
Berbicara lewat satelit dalam konferensi kebijakan tahunan “American Israel Public Affairs Committee AIPAC hari Senin (27/3), Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyerukan pada Amerika untuk “ menumpas” kelompok ISIS dan membangun aliansi dengan Muslim moderat guna memastikan agar tidak ada ISIS lagi.
Netanyahu mengatakan, “Kita harus memastikan bahwa kekuatan militan Islam kalah.” Ia menambahkan ISIS tidak bisa dibiarkan “menyeret kemanusiaan menjauhi masa depan yang cerah dan membawanya ke masa lalu yang kelam.”
Netanyahu juga menekankan pentingnya mencegah Iran “mengembangkan senjata nuklir.”
‘’Ini berarti benar-benar menaklukkan seluruh ISIS, bukan sebagian. Ini berarti membangun aliansi dengan kelompok-kelompok moderat di kawasan ini. Kelompok moderat yang berusaha membangun masa depan yang lebih baik dan merangkul modernitas dan perdamaian. Dalam perjuangan antara modernitas dan cara-cara abad pertengahan yang gelap ini, semakin banyak negara di kawasan dan di luar kawasan, juga di seluruh dunia, yang menyadari bahwa Israel ada di pihak mereka. Di mana ada terorisme yang mengancam orang yang tidak bersalah, Israel hadir dengan kecerdasan dan kemampuan kontra-teroris yang tidak tertandingi,” ujar Netanyahu.
Netanyahu mengucapkan terima kasih pada Presiden Donald Trump atas dukungan kuat pada Israel, dan juga Duta Besar Amerika Untuk PBB Nikki Haley yang telah memboikot agenda PBB yang mensyaratkan Dewan Hak Asasi Manusia membahas pelanggaran hak asasi Israel terhadap Palestina.
“Israel tidak akan menjadi negara seperti sekarang ini tanpa dukungan kuat Amerika,” tambahnya.
Netanyahu merujuk bantuan Israel di Afrika, informasi intelijen yang dibagi bersama dengan negara-negara lain dan bantuan bencana alam yang diberikan oleh negara itu untuk menggambarkan kontribusi Israel pada dunia.
Sehari sebelumnya Wakil Presiden Amerika Mike Pence mengatakan pemerintahan Trump “telah memperingatkan Iran” dan tidak akan mentolerir upaya Iran “mengacaukan kawasan dan membahayakan keamanan Israel.” Ditambahkannya, komitmen Amerika pada Israel “tidak bisa ditawar-tawar” dan Presiden Trump bertekad mencapai perdamaian abadi antara Israel dan Palestina.
Pence juga mengatakan Presiden Trump sedang mempertimbangkan dengan serius rencana pemindahan kedutaan besar Amerika dari Tel Aviv ke Yerusalem.
Langkah semacam itu bisa benar-benar mengganggu upaya perdamaian, karena berdasarkan solusi dua negara, Palestina merencanakan Yerusalem Timur sebagai ibukota negara mereka kelak.
Dalam konferensi tahunan yang dilangsungkan di Washington DC hari Senin (27/3) Netanyahu menyerukan pada pemimpin-pemimpin Palestina untuk mengakui negara Israel dan bekerjasama mencapai perjanjian perdamaian. Ia mengatakan bahaya yang dihadapi Israel dan Palestina memberi “kesempatan yang jarang” untuk bekerjasama menuju masa depan yang lebih aman dan sejahtera.
“Kami mengajarkan perdamaian pada anak-anak kami dan kini saatnya bagi otorita Palestina untuk melakukan hal yang sama. Mereka harus berhenti mengajarkan kebencian, berhenti membayar para teroris, berhenti menyangkal legitimasi dan sejarah kami,” lanjut Netanyahu.
Konferensi AIPAC dibuka hanya beberapa hari setelah koalisi bipartisan para senator Amerika mengajukan RUU yang menyerukan sanksi-sanksi baru terhadap Republik Islam Iran, menarget uji coba misil balistik dan dugaan bahwa Iran mendukung teroris.
Di luar tempat konferensi itu ratusan demonstran dari kelompok anti-pendudukan Israel “Minot” berunjukrasa, sebagian di antaranya membawa poster dan spanduk yang mengecam keras pendudukan Israel di Tepi Barat. Salah satu spanduk bertuliskan “Yahudi Tak akan Merdeka Hingga Palestina Merdeka. Tolak AIPAC, Tolak Pendudukan.” [em/ii]