Kualitas udara yang buruk di New Delhi mencapai posisi terendah yang baru pada Kamis (5/11). Berdasarkan data dari Badan Pengendalian Polusi, para penduduk di kota itu menghirup udara dengan indeks kualitas pada peringkat 452, menandai udara paling beracun dalam setahun.
Para ahli medis memperingatkan bahaya kesehatan yang ditimbulkan oleh kabut asap dapat mengakibatkan peningkatan penyakit pernapasan bagi 20 juta penduduk bertambah pesat di India.
Ibu Kota India, yang dianggap paling tercemar di dunia, memiliki lebih dari 400 ribu infeksi virus corona yang dikonfirmasi.
New Delhi melaporkan konsentrasi partikel PM2,5 beracun di udara pada tingkat 14 kali lebih tinggi dari ambang batas aman Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO). Partikel kecil yang tidak terlihat tetapi mematikan itu dapat menembus lapisan paru-paru dan masuk ke dalam aliran darah manusia. Hal itu berpotensi menyebabkan penyakit kardiovaskular dan pernapasan, termasuk kanker paru-paru.
Suatu hal yang normal jika polusi udara di New Delhi melonjak pada bulan Oktober dan November. Para ahli menyalahkan kebakaran pada pertanian lokal sehingga mencemari 42 persen udara di kota serta menambahkan bahwa angin dan suhu yang rendah pada musim gugur mengantarkan selimut asap tebal ke seluruh wilayah kota.
Pihak berwenang menyatakan jika kualitas udara masih tetap berada di zona yang buruk selama lebih dari 48 jam, pembangunan konstruksi mungkin dihentikan, dan sejumlah kendaraan akan dilarang masuk dan berkendara di dalam kota agar dapat mengurangi emisi karbon.
Menurut laporan Berkeley Earth 2019, sebuah organisasi nirlaba berfokus pada analisis data ilmu iklim, menghirup udara Delhi selama satu hari serupa dengan risiko kesehatan dari bahaya merokok sedikitnya 25 batang rokok. [mg/pp]