Surat kabar The New York Times mengatakan upaya-upaya intelijen Amerika di Libya terpaku pada soal Al Qaida yang tampaknya berkontribusi pada pembunuhan Duta Besar Amerika Untuk Libya Christopher Stevens tahun 2012.
The New York Times hari Sabtu melaporkan setelah melakukan penyelidikan selama beberapa bulan, pihaknya tidak menemukan bukti apapun bahwa Al Qaida atau kelompok-kelompok teroris internasional lainnya berperan dalam serangan terhadap konsulat Amerika di Benghazi yang menewaskan Duta Besar Christopher Stevens dan tiga warga Amerika lainnya.
The New York Times mengatakan “sikap terpaku” pada Al Qaida kemungkinan telah membuat pakar-pakar intelijen menghiraukan “ancaman yang lebih dekat,” termasuk pemimpin-pemimpin milisi lokal anti-Barat seperti Ahmed Abu Khattala dan reaksi kemarahan terhadap sebuah video melecehkan Islam yang dibuat di Amerika.
The New York Times melaporkan para pemimpin serangan tersebut adalah pemberontak yang telah mengambil manfaat langsung dari perpanjangan kekuatan udara dan dukungan logistik NATO ketika terjadi pergolakan menentang Moammar Gadhafi.
Laporan oleh koresponden David Kirkpatrick itu berdasarkan wawancara panjang dengan beberapa warga Libya di Benghazi yang tahu persis serangan oleh kerumunan massa yang marah yang akhirnya menewaskan empat warga Amerika.
Segera setelah insiden itu pemerintahan Obama mengatakan kematian keempat warga Amerika itu adalah akibat demonstrasi anti-Barat yang tidak terkontrol. Tetapi pemerintah Obama mendapat kecaman keras dari faksi Republik di Kongres karena dinilai gagal mengetahui dan mencegah serangan yang diyakini faksi Republik telah direncanakan oleh Al Qaida untuk memperingati serangan 11 September 2001. Banyak anggota faksi Republik secara khusus menyalahkan Hillary Clinton, menteri luar negeri saat itu.
The New York Times hari Sabtu melaporkan setelah melakukan penyelidikan selama beberapa bulan, pihaknya tidak menemukan bukti apapun bahwa Al Qaida atau kelompok-kelompok teroris internasional lainnya berperan dalam serangan terhadap konsulat Amerika di Benghazi yang menewaskan Duta Besar Christopher Stevens dan tiga warga Amerika lainnya.
The New York Times mengatakan “sikap terpaku” pada Al Qaida kemungkinan telah membuat pakar-pakar intelijen menghiraukan “ancaman yang lebih dekat,” termasuk pemimpin-pemimpin milisi lokal anti-Barat seperti Ahmed Abu Khattala dan reaksi kemarahan terhadap sebuah video melecehkan Islam yang dibuat di Amerika.
The New York Times melaporkan para pemimpin serangan tersebut adalah pemberontak yang telah mengambil manfaat langsung dari perpanjangan kekuatan udara dan dukungan logistik NATO ketika terjadi pergolakan menentang Moammar Gadhafi.
Laporan oleh koresponden David Kirkpatrick itu berdasarkan wawancara panjang dengan beberapa warga Libya di Benghazi yang tahu persis serangan oleh kerumunan massa yang marah yang akhirnya menewaskan empat warga Amerika.
Segera setelah insiden itu pemerintahan Obama mengatakan kematian keempat warga Amerika itu adalah akibat demonstrasi anti-Barat yang tidak terkontrol. Tetapi pemerintah Obama mendapat kecaman keras dari faksi Republik di Kongres karena dinilai gagal mengetahui dan mencegah serangan yang diyakini faksi Republik telah direncanakan oleh Al Qaida untuk memperingati serangan 11 September 2001. Banyak anggota faksi Republik secara khusus menyalahkan Hillary Clinton, menteri luar negeri saat itu.