Namun, sebagian warga Nigeria masih ragu-ragu, mereka khawatir pinjaman itu mungkin hanya dana pelicin dari bisnis-bisnis Tiongkok untuk para pejabat Nigeria yang korup.
Pinjaman ini disebut pinjaman lunak karena persyaratannya ringan. Tingkat bunga sebesar 2,5 persen sangat rendah dibandingkan dengan bunga pinjaman bank lokal, dan Nigeria diberi waktu 20 tahun untuk membayar kembali hutang itu.
Pemerintah mengatakan dana itu akan digunakan untuk mengembangkan industri transportasi seperti proyek kereta di ibukota dan terminal baru bandara di Lagos – kota pusat keuangan di Nigeria dan salah satu kota dengan pertumbuhan tercepat sedunia.
Opeyemi Agbaje, aktivis usia 29 tahun, mengatakan jika sistem transportasi bobrok di Nigeria diperbaiki maka ini langkah pertama guna mengakhiri kemiskinan yang meluas dan krisis keamanan yang telah melanda Nigeria sejak beberapa dasawarsa.
"Barang-barang akan bergerak lebih cepat. Saya bisa pergi ke pasar dan membawa barang-barang. Atau kemudian mebawa barang-barang itu ke tempat lain. Barang-barang dikirim lebih cepat. Inflasi akan berkurang. Ini mempengaruhi perekonomian. Pembangunan semakin meningkat. Produk pertanian bisa bergerak dengan cepat dari satu tempat ke tempat lain," kata Agbaje.
Agbaje mengatakan pinjaman itu bukan hibah, tapi berdasarkan perjanjian bisnis. Ia memperkirakan Tiongkok akan menggunakan pinjaman itu untuk memperluas investasi di Nigeria untuk menggali bahan-bahan baku dan menjual barang-barangnya di pasar Nigeria. Nigeria memiliki banyak bahan tambang untuk dijual tambahnya dan banyak pembeli.
Di sebuah desa di luar ibukota, Orison Frederick, yang baru lulus dari perguruan tinggi, berdiri di jalan tanah di dekat tumpukan sampah setinggi 3 meter. Ia mengatakan pengembang dari Tiongkok populer di kalangan rakyat Nigeria karena mereka memperkenalkan teknologi, sementara negara lain hanya membawa uang tunai.
"Mereka suka menawarkan ide-ide dengan cara mudah. Mereka ingin orang lain berkembang sambil mereka juga terus berkembang," ujar Frederick.
Sebagian warga Nigeria lainnya tidak optimis. Bukhari Bello Jega adalah direktur riset untuk LSM Pusat Penelitian Politik, Pendidikan dan Pengembangan. Ia mengatakan Nigeria telahmendapat pinjaman untuk membangun sektor transportasi selama bertahun-tahun tapi belum ada hasilnya.
Sebagian dana digunakan membiayai proyek fiktif, katanya, dan pejabat-pejabat yang korup mengantungi sisanya.
Jega mengatakan, "Pada akhirnya, dana itu hanya digunakan untuk kepentingan para birokrat, elit yang berkuasa dan lainnya. Karena mereka adalah orang-orang yang berunding atas nama negara Nigeria."
Jega menambahkan, korupsi di Afrika membuat bertambahnya kehadiran Tiongkok di benua itu menjadi ancaman bagi rakyat biasa. Dalam skenario terburuk, katanya, Tiongkok akan mengendalikan sumber daya alam Afrika dan pasar, dan memperkaya para penguasa serta orang-orang kaya.
Pinjaman ini disebut pinjaman lunak karena persyaratannya ringan. Tingkat bunga sebesar 2,5 persen sangat rendah dibandingkan dengan bunga pinjaman bank lokal, dan Nigeria diberi waktu 20 tahun untuk membayar kembali hutang itu.
Pemerintah mengatakan dana itu akan digunakan untuk mengembangkan industri transportasi seperti proyek kereta di ibukota dan terminal baru bandara di Lagos – kota pusat keuangan di Nigeria dan salah satu kota dengan pertumbuhan tercepat sedunia.
Opeyemi Agbaje, aktivis usia 29 tahun, mengatakan jika sistem transportasi bobrok di Nigeria diperbaiki maka ini langkah pertama guna mengakhiri kemiskinan yang meluas dan krisis keamanan yang telah melanda Nigeria sejak beberapa dasawarsa.
"Barang-barang akan bergerak lebih cepat. Saya bisa pergi ke pasar dan membawa barang-barang. Atau kemudian mebawa barang-barang itu ke tempat lain. Barang-barang dikirim lebih cepat. Inflasi akan berkurang. Ini mempengaruhi perekonomian. Pembangunan semakin meningkat. Produk pertanian bisa bergerak dengan cepat dari satu tempat ke tempat lain," kata Agbaje.
Agbaje mengatakan pinjaman itu bukan hibah, tapi berdasarkan perjanjian bisnis. Ia memperkirakan Tiongkok akan menggunakan pinjaman itu untuk memperluas investasi di Nigeria untuk menggali bahan-bahan baku dan menjual barang-barangnya di pasar Nigeria. Nigeria memiliki banyak bahan tambang untuk dijual tambahnya dan banyak pembeli.
Di sebuah desa di luar ibukota, Orison Frederick, yang baru lulus dari perguruan tinggi, berdiri di jalan tanah di dekat tumpukan sampah setinggi 3 meter. Ia mengatakan pengembang dari Tiongkok populer di kalangan rakyat Nigeria karena mereka memperkenalkan teknologi, sementara negara lain hanya membawa uang tunai.
"Mereka suka menawarkan ide-ide dengan cara mudah. Mereka ingin orang lain berkembang sambil mereka juga terus berkembang," ujar Frederick.
Sebagian warga Nigeria lainnya tidak optimis. Bukhari Bello Jega adalah direktur riset untuk LSM Pusat Penelitian Politik, Pendidikan dan Pengembangan. Ia mengatakan Nigeria telahmendapat pinjaman untuk membangun sektor transportasi selama bertahun-tahun tapi belum ada hasilnya.
Sebagian dana digunakan membiayai proyek fiktif, katanya, dan pejabat-pejabat yang korup mengantungi sisanya.
Jega mengatakan, "Pada akhirnya, dana itu hanya digunakan untuk kepentingan para birokrat, elit yang berkuasa dan lainnya. Karena mereka adalah orang-orang yang berunding atas nama negara Nigeria."
Jega menambahkan, korupsi di Afrika membuat bertambahnya kehadiran Tiongkok di benua itu menjadi ancaman bagi rakyat biasa. Dalam skenario terburuk, katanya, Tiongkok akan mengendalikan sumber daya alam Afrika dan pasar, dan memperkaya para penguasa serta orang-orang kaya.