Nikolas Cruz, Rabu (20/10), mengaku bersalah telah membunuh 17 orang saat mengamuk di bekas SMU-nya di Parkland, Florida, sehingga juri akan memutuskan apakah ia akan dieksekusi karena melakukan salah satu penembakan paling mematikan di sekolah di AS.
Kerabat para korban yang duduk di ruang sidang dan menyaksikan sidang melalui Zoom menggeleng-gelengkan kepala atau menangis saat Cruz mengakui perbuatannya dan kemudian meminta maaf atas kejahatannya.
"Hari ini kita menyaksikan seorang pembunuh berdarah dingin dan penuh perhitungan mengakui membunuh putri saya Gina dan 16 korban tak bersalah lainnya di sekolah mereka," kata Tony Montalto. "Pengakuan bersalahnya adalah langkah pertama dalam proses peradilan tetapi tidak ada perubahan untuk keluarga saya. Putri kami yang cerdas, cantik, dan tercinta Gina telah tiada sementara pembunuhnya masih menikmati berkah hidup di penjara" ujarnya.
Fred Guttenberg, yang putrinya Jaime yang berusia 14 tahun tewas dalam penembakan itu, mengatakan ia mengunjungi makam putrinya minggu ini untuk meminta kekuatan agar bisa melewati sidang hari Rabu.
"Ia adalah orang yang paling tangguh dan paling bijaksana yang pernah saya kenal," katanya. "Putri saya selalu memperjuangkan apa yang benar. Putri saya membenci perundung dan membela orang yang dirundung untuk menghentikannya."
Pengakuan bersalah itu akan menentukan persidangan hukuman di mana 12 juri akan menentukan apakah Cruz, 23 tahun, harus dijatuhi hukuman mati atau penjara seumur hidup tanpa pembebasan bersyarat. Mengingat ketenaran kasus ini, Hakim Sirkuit Elizabeth Scherer berencana untuk menyaring ribuan calon juri. Seleksi juri dijadwalkan sepanjang November dan Desember, dengan tujuan untuk memulai kesaksian pada Januari.
Cruz menyampaikan pengakuannya setelah menjawab daftar panjang pertanyaan dari Scherer untuk mengkonfirmasi kesehatan jiwanya. Ia didakwa dengan 17 pembunuhan dan 17 percobaan pembunuhan tingkat pertama terhadap mereka yang terluka dalam serangan 14 Februari 2018, di Marjory Stoneman Douglas High School di Parkland, yang terletak tepat di luar Fort Lauderdale.
Sementara beberapa orang tua menggelengkan kepala, Cruz meminta maaf, dengan mengatakan, "Saya sangat menyesali apa yang saya lakukan... Kadang-kadang saya merasa tidak bisa hidup" Ia juga menambahkan bahwa ia menyerahkan kepada para penyintas untuk menentukan hidup atau matinya.
Pengacara Cruz mengumumkan niat Cruz untuk mengaku bersalah dalam sidang pekan lalu. [my/lt]