China telah membiarkan nilai mata uang Yuan turun untuk hari kedua berturut-turut, menambah lagi langkah kejutan yang mengguncang pasar sedunia dan dapat meningkatkan ketegangan dengan saingan-saingan perdagangannya.
Pasar Yuan turun 1,6 persen hari Rabu (12/8) setelah jatuh hampir 2 persen sehari sebelumnya, penurunan terbesar dalam satu hari dalam 10 tahun.
Bank sentral China, yang mengendalikan Yuan dengan ketat, menggambarkan langkah itu sebagai sementara dan dimaksudkan membuat nilai Yuan lebih berorientasi pasar.
“Melihat kondisi ekonomi internasional dan domestik, saat ini tidak ada dasar untuk mempertahankan tren penurunan Yuan,” kata bank sentral hari Rabu.
Investor di Asia bereaksi negatif Rabu, dengan harga-harga saham turun di Hong Kong, Shanghai dan Tokyo. Indeks utama pasar saham di Amerika dan Eropa juga turun hari Selasa.
Keputusan itu bisa memacu pertumbuhan dan meningkatkan ekspor China. Nilai Yuan yang lebih rendah membuat ekspor negara itu lebih murah dan lebih kompetitif.
Ada kekhawatiran keputusan itu bisa mendorong negara-negara lain mendevaluasi mata uang mereka. Kekhawatiran bertambah hari Rabu ketika Vietnam membolehkan mata uangnya, dong, melemah.
Langkah tersebut memicu reaksi berhati-hati di Amerika, yang telah lama menuduh Beijing menjaga nilai mata uangnya tetap rendah untuk memberi eksportir China keuntungan yang tidak adil.
Senator Amerika Charles Schumer, pengkritik lama kebijakan moneter China, mengatakan langkah itu adalah bukti lebih jauh Beijing secara artifisial mendevaluasi mata uangnya.
Sementara itu, Dana Moneter Internasional (IMF) menyambut langkah Beijing itu, dan mengatakan "dampaknya akan tergantung pada bagaimana mekanisme baru itu diterapkan. Pemberi pinjaman global itu mengatakan "fleksibilitas nilai tukar yang lebih besar penting bagi China yang sedang berusaha membuat pasarnya lebih terbuka dan menentukan dalam ekonomi dan berintegrasi ke dalam pasar keuangan global."