Terpukul keras oleh harga minyak yang anjlok dan sanksi-sanksi internasional, mata uang rubel Rusia merosot ke tingkat terendah baru, Kamis (6/11), yakni hanya 46 per dolar dan 58 per euro – kemerosotan mingguan terbesar sejak 2009.
Nilai satu dolar meningkat menjadi 46,77 rubel dari 44,95, sementara euro mencapai 58,11 rubel.
Sejauh ini mata uang itu telah kehilangan sekitar seperempat nilainya pada tahun ini, meskipun ada beberapa intervensi terhadap pasar uang dilakukan Bank Sentral Rusia.
Sejumlah analis, yang mengatakan rubel masih di atas nilai sebenarnya, memprediksi penurunan lebih lanjut sebesar 10 persen saat memasuki tahun depan.
Menurunnya nilai rubel bertepatan dengan jatuhnya harga minyak, ekspor utama Rusia. Harga bertahan pada tingkat terendah selama empat tahun, yakni sekitar 82 dolar per barrel.
Kantor berita Rusia, Interfax, juga mengungkapkan bahwa jatuhnya rubel karena munculnya laporan-laporan baru mengenai peperangan di Ukraina tenggara.