Nining Sutardjo adalah satu-satunya analis benih asal Indonesia yang sudah 23 tahun bekerja pada departemen yang mengatur peredaran benih tanaman di negara bagian Kentucky. Berbagai jenis benih yang dibeli konsumen dari petani atau toko harus memiliki label informasi dari departemen ini, terutama mengenai kandungan kecambahnya.
"Jadi saya di sini, tittle officialnya itu research analyst, terutama dalam bidang benih atau biji, biji produksi tentang pertanian, sayuran ataupun bunga2xan gitu, dari biji yang paling kecil sampai yang paling besar sekali," ujar Nining.
Nining menjelaskan, "Tugas kami itu untuk melindungi konsumen, baik konsumen atau produsen, agar tidak ada kecurangan-kecurangan ataupun salah penggunaan dalam benih-benih itu, karena memang benih itu masa tumbuhnya tertentu dan ada jenis-jenis tertentu juga membutuhkan lingkungan yang berbeda satu sama lainnya."
Lulusan fakultas kehutanan Universitas Gajah Mada ini mulai tertarik dengan bidang pembenihan saat mengambil program pasca sarjana di Universitas Kentucky. Menjelang lulus, ia malah diterima bekerja sebagai analis lab di sini.
“Diawali dari ketertarikan saya pada tanaman kedele waktu itu. Kedelai yang begitu kecilnya, kecil dan keras, kenapa bisa tumbuh dan menghasilkan banyak benih, bisa dimakan untuk orang banyak, bahkan untuk makanan ternak juga, dan saya juga sudah lama di sini tapi tetap tempe dan tahu itu menu kami, dan juga kandungan nutrisi juga yang dari benih-benih itu,” tambah Nining.
Bekerja sebagai analis benih harus memiliki kesabaran, pemikiran yang terbuka, serta tak pernah berhenti belajar.
Tina Tillery, Penyelia Laboratorium Uji Coba Benih, mengatakan "Tidak semua orang dapat melakukan pekerjaan yang sangat membosankan ini sebaik Nining. Ia memberi kontribusi besar bagi departemen kami, salah satunya, membuat kami tahu banyak tentang Indonesia. Kami belajar tentang budaya Indonesia, tentang negaranya, dan saya pribadi banyak belajar tentang keluarganya, dia orang yang mengurusi keluarganya."
Selama dua dekade berkarya, bu Nining juga banyak membantu ilmuwan benih dari Indonesia yang belajar di sini. Ia juga banyak menyorot aturan penyimpanan benih di Indonesia, yang menurutnya harus dibuat terstruktur dan dipatuhi.
Kendalanya itu ongkos yang sangat tinggi untuk membuat storage itu, listrik dan lain sebagainya dan karena disana produksinya bisa 3-4 kali setahun, mereka belum melihat perlunya memiliki storage yang canggih.
Ibu Nining yang juga anggota asosiasi analis benih Amerika berencana untuk pensiun dan menikmati hari tuanya di tanah air, sambil berharap dapat memberi kontribusi lebih banyak untuk Indonesia. [dw]