Muhammad Arief Budiman, seorang ilmuwan senior di Orion Genomics, perusahaan bio teknologi di St. Louis, Missouri berhasil mengundang rasa kagum rekan kerjanya.
Jared M. Ordway, Phd., Wakil Direktur Riset dan Pengembangan Orion Genomics mengatakan, "Arief punya talenta luar biasa sebagai seorang ilmuwan, dan ia adalah salah satu ilmuwan paling berbakat yang pernah bekerjasama dengan saya. Ia punya keahlian memecahkan masalah yang tidak dapat dilakukan orang lain, dan membantu orang lain untuk mengerjakannya. Arief benar-benar menggalinya dan membedah masalahnya hingga akhirnya berhasil dikerjakan."
Arief telah bekerja di perusahaan ini sejak lulus program pasca doctoral dari Clemson University Genomics Institute tahun 1999.
"Sebagai senior scientist, saya lebih ke menyiapkan genome. Jadi genome itu ilmu dispilin yang mempelajari gen-gen, apakah itu di tanaman, apakah itu di manusia untuk kanker misalkan. Jadi saya lebih ke men-setup, kemudian menyiapkan DNA-DNA yang akan kita analisa untuk gen-gen nya, sehingga kita bisa mengetahui mana gen-gen yang bermanfaat untuk tanaman, atau penanda untuk penyakit kanker dan lain sebagainya," ujarnya.
Arief kini banyak terlibat dalam pengembangan tes kelapa sawit untuk mengetahui kandungan minyak yang dimiliki sejak usia dini. Ia memulai program pemetaan gen-gen kelapa sawit sejak 10 tahun yang lalu.
Nathan D. Lakey, MBA, Presiden & CEO Orion Genomics, mengatakan, "Selama sepuluh tahun terakhir, Arief telah memimpin tim sains yang membuat banyak terobosan dan terobosan ini akan dikomersialisasikan di Indonesia oleh Orion Bio Science, sebuah perusahaan di mana Arief adalah presidennya.
Bukan hanya kelapa sawit, menurut Arief, banyak tanaman asli Indonesia dapat mengambil manfaat dari teknologi genomics, seperti tanaman Akasia yang digunakan untuk industri bubur kertas, serta tanaman tebu.
"Kita terletak di antara dua benua, Asia dan Australia, dengan kekayaan alam yang hebat sekali dan memang benar sebetulnya itu, dan salah satu cara, salah satu teknologi yang bisa memining, misalkan enzim-enzim yang ada, kemudian kekayaan hayati yang ada itu, salah satunya adalah dengan teknologi genomics. Saya kira banyak orang yang kompeten, kemudian perlu disinergiskan saja dan pemerintah harus benar-benar serius ya, serius untuk menyediakan dana dan untuk memberikan tempat untuk mereka berkarya," tambahnya.
Arief sendiri melihat keberadaannya di Amerika dapat membantu mengurangi kesenjangan informasi dan kemajuan teknologi yang amat cepat.
Bapak tiga putri yang bersama timnya juga mengembangkan tes untuk mendeteksi penyakit kanker usus ini berharap ilmu yang dimilikinya dapat memberi manfaat bagi umat manusia.
"Ketika kita bekerja dengan DNA, ini suatu hal yang mungkin kita tidak bisa melihat secara langsung, secara makro gitu ya, tapi saya merasakan apa yang saya lakukan itu, saya berharap semoga kita menjadi manusia yang bermanfaat untuk orang lain," ujarnya menutup wawancara dengan tim VOA. [dw]