Presiden Amerika Barack Obama berbicara hari Minggu (15/11), setelah pertemuannya dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada awal Konferensi G-20 di kota peristirahatan di Laut Tengah Turki.
“Kami akan melipatgandakan upaya kami bekerja dengan anggota-anggota koalisi lainnya untuk menciptakan transisi yang damai di Suriah dan melenyapkan ISIS sebagai sebuah kekuatan yang mengakibatkan penderitaan bagi rakyat di Paris dan Ankara, serta di bagian lain dunia," kata Obama.
Obama menjanjikan solidaritas dengan Perancis dan mengutuk serangan-serangan yang terkoordinasi Jumat malam di ibukota Perancis itu.
“Pembunuhan terhadap rakyat tak berdosa, berdasar pada ideologi yang disalahartikan adalah serangan yang tidak hanya terhadap Perancis atau Turki, tetapi merupakan serangan terhadap dunia yang beradab”.
Obama juga menyinggung serangan bom kembar pada sebuah demonstrasi damai di Ankara, Turki, bulan lalu yang menewaskan lebih dari 100 orang.
Militan ISIS mengaku bertanggung jawab atas serangan-serangan baik di Turki maupun di Perancis.
Serangan-serangan Jumat malam di Paris menjadi topik teratas dalam agenda pembicaraan hari pertama antara 20 pemimpin ekonomi terbesar di dunia itu. Serangan di Paris juga diharapkan mendorong upaya-upaya kerjasama untuk mengatasi konflik di Suriah.
Para pengamat mengatakan, Obama terpaksa meningkatkan kampanye melawan kelompok ISIS dan pertemuan dua hari itu memberi kesempatan baginya untuk berbicara dengan para pemimpin negara lain yang juga berjuang melawan ISIS.
Sejumlah negara G-20 mengambil bagian dalam melawan ISIS dan pembicaraan mengenai masalah itu diharapkan berlangsung dalam pertemuan dua hari itu.
Presiden Perancis, Francois Hollande langsung membatalkan rencananya menghadiri pertemuan G-20 setelah serangan hari Jumat.
Pertemuan para Menteri Luar Negeri di Wina, Austria, menjelang konferensi G-20, tampaknya telah menyiapkan kerangka kerjasama baru, meskipun ada perbedaan pendapat.
Menteri Luar Negeri John Kerry dan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov, dalam konferensi pers bersama Sabtu mengatakan, PBB telah sepakat untuk mempertemukan pemerintah Suriah dan oposisi dalam sebuah pertemuan, dan gencatan senjata diharapkan bisa dicapai dalam waktu enam bulan.
Serangan-serangan yang terkoordinasi di Paris itu menunjukkan bahwa “tidak menjadi soal kita berada di pihak Assad atau tidak,” kata Lavrov. “ISIS tetap sebagai musuh kita”.
Konferensi G-20 berlangsung di tengah-tengah keamanan yang sangat ketat dengan pengerahan 12.000 tentara Turki dan polisi di sekitar tempat pertemuan para pemimpin dan pejabat tinggi negara anggota G-20 dan negara-negara lain. Pertemuan itu juga diliput oleh kira-kira 3.000 wartawan. [ps/ii]