Presiden Obama merupakan presiden Amerika Serikat pertama yang sedang menjabat yang berkunjung ke Kuba dalam kurun hampir 90 tahun. Ia akan berbicara kepada rakyat Kuba dalam pidato yang ditayangkan televisi dan akan membeberkan visinya mengenai masa depan hubungan kedua negara. Tidak semua orang optimistis mengenai hubungan itu, dan keprihatinan mengenai masalah HAM di Kuba tetap ada.
Presiden Obama dan rombongan menyusuri sebentar jalan-jalan yang diguyur hujan di kota tua Havana Minggu malam untuk mengawali kunjungan kenegaraan yang bersejarah ini. Gedung Putih menyebut lawatan itu “awal baru bagi Havana Lama” dengan harapan mencairnya hubungan akan mengarah pada perubahan di negara yang kerap dikritik karena pelanggaran HAM-nya.
Sebelum Obama tiba, warga memiliki perasaan beragam mengenai apa yang akan benar-benar terjadi.
Raul berharap anggota keluarganya yang tinggal di Amerika akan dapat mengunjungi Kuba dalam waktu dekat. “Bibi, sepupu-sepupu, saudara-saudara lelaki dan perempuan saya semuanya di Amerika Serikat. Saya tinggal di sini di Kuba dan menginginkan perubahan,” kata Raul.
Sebagai isyarat mengenai sulitnya transisi itu nantinya, hanya beberapa jam sebelum Obama tiba, para petugas keamanan Kuba menangkap puluhan anggota kelompok pembangkang terkenal, Ladies in White, yang berpartisipasi dalam demonstrasi rutin mereka setiap hari Minggu.
Para demonstran berharap pencairan hubungan antara Amerika Serikat dan Kuba akan mengakhiri penangkapan dan penahanan para pembangkang. Tetapi mereka juga prihatin karena Kuba tidak diperbolehkan menetapkan seluruh persyaratan terkait menghangatnya hubungan dengan Amerika.
Pemimpin Ladies in White Berta Soler mengatakan penting sekali bagi presiden untuk bertemu mereka yang tak berdaya menyuarakan pendapat. Ia mengatakan, “Saya ingin mengundang Presiden Obama ke Taman Gandhi dan berdemonstrasi bersama mereka yang tidak sependapat dengan pemerintah. Tak ada yang berubah di Kuba,” kata Berta Soler.
Pada persinggahan pertamanya di Havana, sewaktu menyapa staf kedutaan besar Amerika, Presiden Obama tampak bersemangat dan penuh harapan. “Memiliki kedutaan Amerika di sini artinya kita dapat dengan lebih efektif memajukan nilai-nilai kita, kepentingan kita, serta lebih efektif memahami rakyat Kuba dan keprihatinan mereka,” kata Presiden Obama.
Obama menempatkan normalisasi hubungan dengan Kuba sebagai salah satu prestasi besar kebijakan luar negeri pemerintahannya, dengan alasan kebijakan puluhan tahun Amerika untuk mengucilkan Kuba telah gagal.
Hari Senin ini, presiden Obama dijadwalkan mengadakan pembicaraan dengan Presiden Kuba Raul Castro, kemudian bertemu para pengusaha Kuba untuk membahas hubungan bisnis antara Amerika dan Kuba. Jamuan makan kenegaraan di Istana Revolusi dijadwalkan berlangsung Senin malam.
Pidato Obama, yang menjadi sorotan dalan kunjungan ini, akan menjadi kesempatan untuk meninjau kembali sejarah hubungan kedua negara yang pelik, kata deputi penasihat keamanan nasional presiden, Ben Rhodes, dalam keterangan singkatnya kepada wartawan.
Presiden juga berencana bertemu beberapa anggota masyarakat madani Kuba, termasuk aktivis HAM, meskipun pemerintah Kuba berkeberatan mengenai ini.
Pemerintah Kuba baru-baru ini membebaskan beberapa tahanan politik dan telah mengambil beberapa langkah untuk membuka akses Internet. Tetapi sebuah laporan Human Rights Watch tahun 2015 mendapati pemerintah Kuba “terus mengandalkan penahanan sewenang-wenang untuk melecehkan dan mengintimidasi orang-orang yang menggunakan hak-hak dasar mereka.”
Berlanjutnya keprihatinan mengenai pelanggaran HAM Kuba juga mendorong sebagian anggota fraksi Republik di Capitol Hill untuk mengritik keras lawatan Obama.
Berbicara mengenai Presiden Kuba Raul Castro dan kakaknya, pahlawan revolusi Kuba Fidel Castro, Ketua DPR Amerika Paul Ryan pekan lalu mengatakan bahwa rezim Kuba memberi perlindungan bagi teroris dan buronan.
Ia menyatakan ragu Obama akan mengemukakan secara memadai tentang perlunya reformasi di Kuba. Ia juga mengingatkan wartawan bahwa meskipun Obama akan mengumumkan kesepakatan perdagangan baru, embargo perdagangan Amerika dengan Kuba “masih utuh dan tetap dapat dilaksanakan,” hampir 60 tahun setelah diberlakukan. [uh/ab]