Presiden Obama mengatakan setelah seminggu melancarkan misi militer, Amerika dan pasukan sekutu berhasil melindungi warga sipil dari serangan-serangan pasukan pemimpin Libya Moammar Khadafi.
Obama menjelaskan, “Misi kami berhasil. Kami berhasil menyudutkan pertahanan udara Libya. Pasukan Khadafi tidak bisa maju lagi di seluruh Libya. Di tempat-tempat seperti Benghazi, kota berpenduduk 700.000, di mana Khadafi mengancam akan menyerang habis-habisan, pasukannya berhasil dipukul mundur.”
Dalam pidato mingguannya, Presiden Obama mengatakan misi militer gabungan itu berhasil, dan warga sipil Libya berterima kasih. “Karena kami cepat bertindak, malapetaka kemanusiaan bisa dicegah dan banyak warga sipil – laki-laki, perempuan dan anak-anak – bisa diselamatkan,” ujarnya.
Pesan itu disampaikan Presiden Obama untuk menentramkan warga Amerika yang cemas tentang tujuan dan keberhasilan misi militer itu di Libya.
Jajak pendapat yang diadakan oleh Gallup hari Senin menunjukkan 47 persen warga Amerika setuju dengan operasi militer itu, sementara 37 persen tidak setuju. Secara terpisah, survei CBS menunjukkan 50 persen warga Amerika setuju dengan cara Presiden Obama menangani situasi di Libya, sementara 29 persen tidak setuju. Gallup mengatakan persentase jumlah yang setuju itu lebih rendah daripada persentase jumlah dukungan bagi operasi militer Amerika yang dilakukan dalam empat dasawarsa terakhir.
Para petinggi Gedung Putih menyangkal kecaman yang dilancarkan sebagian anggota Kongres, baik dari fraksi Republik maupun fraksi Demokrat, bahwa Presiden Obama tidak mendapat persetujuan Kongres atau tidak cukup berkonsultasi dengan Kongres sebelum memulai tindakan militer itu.
Sebagian pihak mengecam bahwa Presiden Obama tidak menggunakan semaksimal mungkin opsi-opsi diplomatik sebelum memilih cara militer. Mereka juga mengatakan Amerika tidak mampu menanggung biaya perang itu, dan oleh sebab itu Amerika seharusnya tidak melancarkan misi militer terhadap Libya, karena sudah terlibat dalam perang di Irak dan Afghanistan.
Gedung Putih mengatakan tindakan mendesak dan segera diperlukan di Libya dan Presiden Obama bertindak sesuai dengan kewenangannya yang disebutkan dalam konstitusi untuk mengambil tindakan militer.
Amerika akan mengalihkan kepemipinan operasi militer itu kepada NATO. Presiden Obama mengatakan inilah cara masyarakat internasional seharusnya bertindak, dengan lebih banyak negara memikul tanggung jawab dan biaya misi militer itu. Lebih lanjut, ia mengatakan, "Para sekutu dan mitra kita memberlakukan zona larangan terbang di atas Libya dan embargo senjata di laut. Mitra-mitra Arab utama seperti Qatar dan Uni Emirat Arab mengirim pesawat udara. Seperti yang disepakati minggu ini, tanggung jawab operasi militer ini akan dialihkan dari Amerika kepada sekutu-sekutu NATO dan mitra-mitra kami.”
Presiden Obama menjelaskan situasi di Libya dan pengalihan komando dan kekuasaan kepada pemimpin Kongres hari Jumat. Presiden Obama akan menjelaskan misi militer itu kepada rakyat Amerika dalam pidato yang disampaikan dari Gedung Putih hari Senin malam.
Sementara itu, pemberontak Libya yang didukung oleh serangan udara Barat, hari Sabtu merebut kontrol kota minyak strategis Ajdabiya di Libya timur, dari pasukan yang setia kepada pemimpin Libya Moammar Gadhafi. Ajdabiya terletak kira-kira 160 kilometer di sebelah selatan kubu pemberontak, Benghazi.
Para pejabat Libya sedang melakukan usaha-usaha diplomatik untuk mengatasi krisis negara itu, sementara pasukan koalisi internasional menggempur sarana pasukan pemerintah dekat kubu pemberontak.
Delegasi yang mewakili Gadhafi mengatakan pemerintah siap untuk menerapkan “peta jalan” yang dirancang oleh Uni Afrika. Delegasi itu mengeluarkan pernyataan hari Jumat, setelah pertemuan dengan lima negara Afrika di ibukota Ethiopia, Addis Ababa.
Delegasi itu mengatakan mereka mendukung gencatan senjata, dan mereka menuntut pengakhiran serangan udara dan blokade laut terhadap Libya.
Pertemuan yang melibatkan delegasi Libya itu diadakan setelah konferensi negara-negara kuat dunia di Addis Ababa menghendaki masa transisi ke demokrasi yang mengarah ke pemilu di Libya. Delegasi Libya itu datang untuk menghadiri konferensi, tetapi dilarang ketika kelompok pemberontak Libya gagal menghadirinya.
Juga hari Jumat, NATO mengatakan Letnan Jenderal Kanada Charles Bouchard akan memimpin serangan militer NATO di Libya. NATO sepakat hari Kamis untuk memegang komando zona larangan terbang di angkasa Libya.