Setelah pidato Obama di Canberra, dimana ia mengatakan Amerika dan Australia adalah sekutu lama dan akan terus bersekutu sekarang ini di berbagai tempat seperti Afghanistan-kemudian Obama terbang ke Darwin, Australia utara.
Obama mengatakan perjanjian untuk meningkatkan akses Amerika ke pangkalan Australia itu akan menjamin keamanan di kawasan Pasifik yang lebih luas.
Ia mengatakan, “Di Darwin dan kawasan Australia utara, kita akan menulis babak baru persekutuan kita. Seperti yang kami umumkan kemarin, sebagian pasukan marinir Amerika akan mulai dirotasikan ke wilayah ini untuk berlatih dan bekerjasama sebagai mitra di seluruh kawasan ini demi kemanan yang kita kehendaki bersama.”
Dalam perjanjian baru itu, awalnya, sejumlah 250 orang marinir Amerika akan ditempatkan dan dirotasikan di pangkalan utara Australia itu, dan kemudian jumlahnya meningkat menjadi 2.500 Satuan Udara Marinir , meskipun jadwal tepatnya belum pasti. Penggunaan lapangan-lapangan udara oleh pesawat Amerika juga akan meningkat.
Peningkatan kerjasama Amerika-Australia yang telah berusia 60 tahun itu terlihat dikawasan ini sebagai pesan jelas Amerika kepada Tiongkok ditengah kekhawatiran terjadinya konflik di Laut Cina Selatan.
Wakil Penasehat Keamanan Gedung Putih urusan Komunikasi Strategis, Ben Rhodes menyebut perjanjian Amerika-Australia itu “sangat pantas” dan didukung oleh negara-negara lain di kawasan itu.
Presiden Obama membawa momentum perjanjian Amerika-Australia itu ke dalam diskusi mengenai isu-isu keamanan dengan para pemimpin negara di KTT Asia Timur di Bali.
Dia akan mengadakan pembicaraan bilateral dengan pemimpin Thailand dan Philipina, serta tuan rumah Indonesia, sambil menegaskan kembali pesan mengenai komitmen Amerika bagi stabilitas.
