Presiden AS Barack Obama mengatakan, Kenya berada di persimpangan penuh resiko tapi juga peluang yang berlimpah.
Obama mengungkapkan prakiraan masa depan negara Afrika timur itu dalam pidatonya di ibukota, Nairobi, sebelum berangkat ke Ethiopia. Pidato di Nairobi mengakhiri kunjungan dua harinya ke Kenya,tanah air ayahnya, dimana ia dieluk-elukan sebagai putra negeri itu.
Presiden Obama memuji kemajuan Kenya sejak meraih kemerdekaan dari pemerintah kolonial Inggris pada 1963, yang diantaranya adalah mengakhiri pemerintahan satu partai, dan mengatasi kekerasan antar suku dan etnis pada 2007 yang menelan korban jiwa dan berlangsung selama beberapa bulan.
Obama mengatakan, rakyat Kenya tidak ingin terbelenggu oleh kebencian masa lalu, dan memilih untuk mengukir sejarah yang lebih baik.
Presiden Obama mengatakan kesuksesan masa depan Kenya bergantung pada tiga pilar penting, yaitu pemerintahan demokratis yang kuat dan transparan, pembangunan ekonomi yang merata, dan perasaan nasionalisme yang kuat yang menolak konflik demi mewujudkan perdamaian dan rekonsiliasi.
Ia mendesak negara itu untuk meningkatkan usaha memberantas korupsi dengan mengatakan bahwa setiap sen yang digunakan untuk menyuap seharusnya diberikan pada orang yang melakukan pekerjaan yang jujur.
Obama juga menyinggung masalah kesetaraan jender dengan mengatakan bahwa Kenya tidak akan sukses jika memperlakukan perempuan sebagai warga kelas dua. Ia menyerukan agar Kenya menghentikan praktik kawin paksa, sunat dan larangan bagi perempuan muda untuk memperoleh pendidikan.
Obama akan terbang dari Nairobi ke Addis Ababa, hari Minggu. Kunjungan ke Ethiopia ini akan menjadikan Obama presiden Amerika pertama yang sedang menjabat yang mengunjungi negara itu.
