Memenuhi harapan jutaan rakyat Kenya, Barack Obama melawat ke negara asal ayahnya hari Jumat (24/7) untuk pertama kalinya sebagai presiden Amerika, kunjungan yang sudah lama diupayakan sebuah negara yang menganggapnya seorang putra setempat.
Presiden menggunakan waktu malam harinya bertemu dengan para keluarganya di Kenya, termasuk nenek tirinya yang sudah lanjut usia yang datang ke ibukota Nairobi dari desanya. Bendera Amerika dan Kenya berderet di pinggir jalan utama dari bandara Nairobi, dan papan-papan reklame yang mencanangkan kunjungan Obama bertebaran di kota itu.
“Saya kira orang Kenya tidak menganggap Obama sebagai orang Amerika keturunan Afrika. Mereka menganggapnya sebagai warga Amerika keturunan Kenya,” kata EJ Hogendoorn, wakil direktur program untuk Afrika di Kelompok Krisis Internasional.
Kaitan Obama dengan ayahnya, warga Kenya yang hampir tidak dikenalnya, namun pengaruhnya dapat terlihat dalam kepresidenannya.
Obama sudah berbicara terus terang mengenai pengalamannya dibesarkan tanpa ayah kelahiran Kenya-nya dan merasakan “beban ketidak-hadirannya.” Sebuah prakarsa Gedung Putih untuk mendukung pemuda kulit hitam yang menghadapi keadaan serupa telah menjadi proyek yang sangat disayangi Obama, proyek yang ia rencanakan akan ia teruskan setelah meninggalkan Gedung Putih.
Di Afrika, Obama telah menggunakan perjuangan mendiang ayahnya untuk mengatasi korupsi pemerintah sebagai cara untuk mendorong para pemimpin untuk memperkuat demokrasi. Ia diperkirakan akan membuat praktek pemerintahan yang baik dan pembinaan demokrasi sebagai fokus pidato dan pertemuan dua harinya di Nairobi, serta persinggahan berikut pekan depan di Ethiopia.