Satu tim peneliti internasional telah mendapati pada seekor tikus percobaan bahwa obat penurun kolesterol, yang disebut lovastatin, mencegah masalah kognitif yang muncul belakangan, yang tampak pada sekitar 120.000 anak-anak di seantero sub-Sahara Afrika yang bertahan hidup dari malaria otak, yang menyebabkan peradangan otak dan jaringan tulang belakang.
Dalam penelitian tersebut, para peneliti dari Amerika dan Brazil mengobati sekelompok tikus yang tertular penyakit itu dengan menggunakan obat anti-malaria, klorokuin. Setengah dari hewan-hewan itu juga mendapat lovastatin, kata kepala penelitian itu Guy Zimmerman, peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Utah di Salt Lake City. “Tikus-tikus yang mendapat obat anti-malaria dan lovastatin mengalami penurunan tajam dan dramatis gangguan otak yang muncul belakangan,” ujarnya.
Lovastatin adalah bagian dari kelompok obat yang mengurangi respons peradangan tubuh terhadap penularan. Peradangan, yang dimunculkan oleh sistem kekebalan tubuh, merupakan respons normal terhadap penyakit. Tetapi kadang-kadang, tubuh menunjukkan respons peradangan agresif yang menyerang jaringan tubuh sendiri.
Zimmerman mengatakan masalah kognitif dapat menimbulkan kesulitan seumur hidup bagi anak-anak yang bertahan hidup dari malaria otak. “Kesulitan belajar, jika mereka memang punya akses ke sekolah. Betapa sulitnya melakukan itu sementara mereka masih dalam kubangan kemiskinan, sementara mereka masih terancam AIDS. Jika kita mulai memikirkan tentang apa dampaknya terhadap kemampuan intelektual jangka panjang mereka dan kemampuan mereka berperan di tengah masyarakat setempat, ini mengejutkan,” katanya lagi.
Zimmerman merekomendasikan agar lovastatin ditambahkan pada pengobatan bagi malaria serta bagi sepsis, infeksi darah sistemik yang umum dikenal sebagai keracunan darah yang membuat sakit dan mengancam nyawa lebih banyak orang di dunia daripada malaria otak.
Zimmerman meminta badan regulator obat pemerintah agar mempercepat proses evaluasi mereka. Tetapi ia mengatakan tidak optimistis prasyarat ujicoba pada manusia akan mudah dilakukan di kawasan-kawasan terpencil di Afrika, di mana malaria banyak ditemukan.
Artikel mengenai penggunaan obat anti-kolesterol dalam pengobatan malaria diterbitkan dalam jurnal PLoS Pathogens.
Dalam penelitian tersebut, para peneliti dari Amerika dan Brazil mengobati sekelompok tikus yang tertular penyakit itu dengan menggunakan obat anti-malaria, klorokuin. Setengah dari hewan-hewan itu juga mendapat lovastatin, kata kepala penelitian itu Guy Zimmerman, peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Utah di Salt Lake City. “Tikus-tikus yang mendapat obat anti-malaria dan lovastatin mengalami penurunan tajam dan dramatis gangguan otak yang muncul belakangan,” ujarnya.
Lovastatin adalah bagian dari kelompok obat yang mengurangi respons peradangan tubuh terhadap penularan. Peradangan, yang dimunculkan oleh sistem kekebalan tubuh, merupakan respons normal terhadap penyakit. Tetapi kadang-kadang, tubuh menunjukkan respons peradangan agresif yang menyerang jaringan tubuh sendiri.
Zimmerman mengatakan masalah kognitif dapat menimbulkan kesulitan seumur hidup bagi anak-anak yang bertahan hidup dari malaria otak. “Kesulitan belajar, jika mereka memang punya akses ke sekolah. Betapa sulitnya melakukan itu sementara mereka masih dalam kubangan kemiskinan, sementara mereka masih terancam AIDS. Jika kita mulai memikirkan tentang apa dampaknya terhadap kemampuan intelektual jangka panjang mereka dan kemampuan mereka berperan di tengah masyarakat setempat, ini mengejutkan,” katanya lagi.
Zimmerman merekomendasikan agar lovastatin ditambahkan pada pengobatan bagi malaria serta bagi sepsis, infeksi darah sistemik yang umum dikenal sebagai keracunan darah yang membuat sakit dan mengancam nyawa lebih banyak orang di dunia daripada malaria otak.
Zimmerman meminta badan regulator obat pemerintah agar mempercepat proses evaluasi mereka. Tetapi ia mengatakan tidak optimistis prasyarat ujicoba pada manusia akan mudah dilakukan di kawasan-kawasan terpencil di Afrika, di mana malaria banyak ditemukan.
Artikel mengenai penggunaan obat anti-kolesterol dalam pengobatan malaria diterbitkan dalam jurnal PLoS Pathogens.