Satu dari delapan pemain yang mewakili Indonesia dalam Ajang Homeless World Cup 2019 adalah perempuan dengan HIV, Isye Susilawati. Dia adalah perempuan kedua yang lolos seleksi dan mewakili Indonesia.
“Saya merasa bangga jadi perempuan yang terpilih untuk tim HWC 2019,” ujarnya usai konferensi pers peluncuran tim di Bandung, Senin (22/7) sore.
Isye terkena HIV sejak 2005 dan terus mengonsumsi obat ARV sampai sekarang. HIV tidak menghalangi perempuan usia 40 tahun ini berkegiatan. Apalagi, dia memang hobi berolahraga sejak kecil.
“Dari kecil memang almarhumah mama saya selalu ‘ayo Sye olahraga, ayo Sye olahraga’. Jadi sampai sekarang tuh tertanam. Apalagi dulu ketika kecil saya hobinya memang main sepak bola dan main pingpong,” kisah perempuan berkerudung ini.
Dia mengatakan, perempuan yang HIV positif menghadapi stigma ganda dari masyarakat. Padahal, Isye tertular dari suaminya sendiri yang merupakan pengguna Narkoba. Dengan mengikuti ajang ini, dia ingin menginspirasi sesama perempuan, terutama penyandang HIV positif.
“Sebetulnya saya ingin ngasih kepercayaan diri untuk perempuan-perempuan dengan HIV positif untuk bisa lebih maju, mandiri, dan percaya diri,” imbuh Isye.
HWC Diharapkan Mengurangi Stigma
Selain Isye, dalam tim tersebut ada Ifan Auchep, lelaki dengan HIV. Dia berharap HWC menjadi ajang bagi siapapun untuk mengharumkan nama Indonesia.
“Siapapun bisa berprestasi, mau dia orang HIV/AIDS, perempuan, dengan orientasi seksual berbeda, mereka berkesempatan ikut sepak bola HWC,” ujar Ifan yang hobi angkat beban.
Olahraga, ujarnya, diharapkan mengikis stigma terhadap orang dengan HIV/AIDS (ODHA).
“Ini kan sepak bola, kan satu hal olahraga yang positif dan digandrungi semua orang. Mulai dari sana lah kita untuk mengikis stigma dan diskriminasi di masyarakat,” tambah Ifan, gay yang memimpin organisasi pendamping ODHA di Bandung.
Lewat sepak bola pula, masyarakat diharapkan lebih sadar akan HIV/AIDS dan penyalahgunaan Narkoba.
“Si HWC-nya sendiri cuma sebagai media. Tapi intinya gimana caranya supaya stigma itu turun, dengan cara masyarakat mencari tahu. Nah HWC ini pemicunya saja,” ujar Manajer Tim, Gina Afriani, kepada VOA.
Homeless World Cup yang digelar sejak 2003 bertujuan memperbaiki masalah sosial terkait tunawisma, termasuk Narkoba, HIV/AIDS, kemiskinan, dan akses pendidikan. Tahun ini, kejuaraan digelar di Cardiff, Inggris, mulai 27 Juli sampai 3 Agustus 2019. Ajang tahun ini diikuti 50 negara.
Di Indonesia, para pemain diseleksi oleh Rumah Cemara, organisasi advokasi ODHA dan rehabilitasi Narkoba. Para pemain dicari dari berbagai kelompok yang terpinggirkan, seperti ODHA, pengguna Narkoba, tunawisma, dan minoritas seksual. (rt/ka)