Harga-harga minyak mentah naik hari Rabu (28/9), menyusul laporan-laporan bahwa organisasi negara pengekspor minyak (OPEC) telah mencapai kata sepakat untuk menurunkan produksi. Jika benar demikian, ini adalah pertama kalinya dalam delapan tahun OPEC berhasil mencapai perjanjian seperti itu.
Tanpa mengutip sumber-sumbernya, sebagian laporan mengatakan produksi OPEC akan diturunkan dari lebih dari 33 juta barrel per hari menjadi 32,5 juta barrel. Sepertiga produksi minyak dunia dihasilkan negara-negara OPEC.
Harga-harga minyak pernah mencapai di atas US$100 per barrel, namun terus anjlok sejak tahun 2014 karena meningkatnya produksi minyak Amerika dengan menggunakan teknik “fracking".
Sebelumnya, apabila harga-harga jatuh, anggota OPEC sepakat menurunkan produksi, yang akan mendongkrak naik harga minyak. Arab Saudi, sebagai anggota penting OPEC, biasanya adalah yang pertama menurunkan tingkat produksinya.
Namun belakangan ini, Saudi mengatakan tidak akan mengurangi produksi kecuali negara-negara anggota lainnya juga melakukan hal yang sama. Karena itu tingkat produksi tetap tinggi dan harga-harga terus merosot.
Sebagian analis berspekulasi bahwa tindakan Arab Saudi itu ditujukan untuk mendorong harga-harga turun, agar perusahaan minyak Amerika yang ongkos produksinya lebih tinggi akan bangkrut. Tapi perusahaan minyak Amerika yang menggunakan teknik “fracking” itu ternyata lebih bertahan dalam persaingan. [isa/sp]