Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah Brigjend Rudi Sufahriadi selaku penanggung jawab dalam Operasi Tinombala 2016 mengungkapkan jumlah daftar pencarian orang atau DPO Kelompok Santoso terkait tindak pidana Terorisme kembali berkurang dari jumlah terakhir 27 orang menjadi 25 orang.
Brigjen Rudi Sufahriadi mengatakan seorang yang tercantum diDPO dan bernama Irfan Maulana telah menyerahkan diri, Jumat (22/4) kepada petugas intelijen di dusun Tamanjeka, Desa Masani, kecamatan Poso Pesisir.
“Ifan yang menyerahkan diri itu adalah DPO yang selama ini kita cari, tapi teman teman dari BIN berhasil menggalang keluarga dan Ifan akhirnya dia menyerahkan diri. Hari ini sudah diserahkan sama kita, sedang kita lakukan pemeriksaan terhadap Ifan itu,” kata Kapolda Sulawesi Tengah, Brigjen Rudi Sufahriadi, penanggung jawab Operasi Tinombala 2016.
Sementara itu pada Minggu malam 24 April 2016 seorang lain yang masuk DPO dari kelompok Santoso tewas setelah terpaksa dilumpuhkan dengan tembakan senjata api oleh petugas di desa Patiwunga Kecamatan Poso Pesisir Selatan. Tersangka tewas ditembak setelah iamengeluarkan senjata tajam saat petugas menanyai arah tujuan dan identitasnya. Saat ini empat rekan pelaku yang melarikan diri masih diburu oleh pasukan gabungan TNI Polri.
“Kedua yang tertembak, yang tertembak kemarin, DPO juga. Identitasnya sedang kita lihat, kita pastikan, kita dalamin. Yang jelas dia DPO. Barang buktinya ada di sini semua. Jelas membawa bom dan bahan makanan yang ada di sana. Dia berusaha melawan anggota saat ditanyai hanya identitas,” lanjutnya.
Satgas Operasi Tinombala 2016 masih belum mengungkap identitas tersangka yang tewas, itu. Namun Rudi Sufahriadi sempat menyandingkan foto tersangka dengan foto dari salah seorang dari daftar DPO Kelompok Santoso yang diidentifikasi sebagai Mustafa Genc alias Mus’ab asal Turkistan.
“Berkurang 2, kemarin 27, tinggal 25,” imbuh Kapolda Sulawesi Tengah, Brigjen Rudi Sufahriadi.
Pada bulan April 2016 ini sudah tiga orang anggota Kelompok Santoso yang menyerahkan diri kepada petugas Satuan Tugas operasi Tinombala 2016. Brigjend Rudi Sufahriadi menyebutkan sejumlah penyerahan diri dari anggota Kelompok Santoso, termasuk Irfan Maulana, diyakini akibat perpecahanan yang terjadi di dalam tubuh organisasi Mujahidin Indonesia Timur, dan kesulitan yang dihadapi kelompok itu.
Menurut Rudi, kelompok itu kelaparan karena kesulitan mendapatkan bahan makanan seteah terus diburu di saat kelompok itu juga terus menghindari keberadaan pasukan yang memburu mereka dari berbagai sisi di hutan pegunungan yang selama ini menjadi basis persembunyian dan pergerakan kelompok itu.
“Satu yang pertama dia sudah tidak satu prinsip dulu karena selalu melakukan kekerasan, tidak sesuai dengan apa yang dia inginkan, yang kedua karena sudah tidak sesuai, tidak sejalan lagi ya dia juga terlalu capek, lapar dan lain sebagainya,” jelas Brigjen Rudi Sufahriadi.
Selanjutnya, Brigjen Rudi Sufahriadi selaku penanggung jawab Operasi Tinombala 2016 tetap menghimbau agar Santoso dan kelompoknya yang secara keseluruhan tinggal 25 orang itu menyerahkan diri kepada aparat keamanan. Mereka dijanjikan akan diperlakukan dengan baik seperti halnya dengan anggota dari kelompok itu yang telah lebih dulu menyerah kepada aparat keamanan dalam Operasi Tinombala 2016. [yl/ab]