Ribuan orang menggelar protes di kota-kota Rusia pada hari Minggu (29/7), menentang rencana pemerintah untuk menaikkan usia pensiun dari 60 menjadi 65 bagi pria dan 55 menjadi 63 bagi wanita dalam upaya mengatasi anggaran pensiun yang menyusut.
Menurut Organisasi Kesehatan Sedunia, harapan hidup pria Rusia hanya 66 tahun dan wanita 77 tahun, jadi perombakan itu akan memaksa sebagian pria bekerja sampai akhir hayat mereka. Walaupun sebagian orang Rusia semakin frustrasi dengan Presiden Vladimir Putin, yang lain percaya bahwa kepemimpinannya telah membuat Rusia kuat.
Lebih dari 10.000 orang ambil bagian dalam protes di pusat Moskow, yang diselenggarakan oleh Partai Komunis, serikat pekerja dan kelompok-kelompok sayap kiri. Walaupun demonstrasi seperti ini dipicu oleh rencana perombakan pensiun pemerintah, banyak pengunjuk rasa juga menyatakan ketidakpuasan terhadap Presiden Putin.
"Saya pikir apa yang terjadi di negara kita sekarang tidak benar, apa yang dilakukan pemerintah kita dan apa yang dilakukan Putin," kata Moshninov, warga Moskow.
Lawan Putin dan aktivis anti-korupsi Alexey Navalny berpartisipasi dalam unjuk rasa di Moskow itu.
"Ini bukan hanya hipotesa perampokan, bahkan bukan soal korupsi, ini secara terang-terangan mengambil ratusan ribu rubel, atau bahkan hingga satu juta untuk beberapa orang," tukas Navalny.
Tetapi banyak orang, yang malu dengan hilangnya kekuasaan Rusia pada 1980-an dan ambruknya Uni Soviet, bangga dengan kebangkitan Rusia sebagai kekuatan dunia di bawah kepemimpinan Putin.
Presiden Putin hari Minggu menghadiri parade Hari Angkatan Laut di St. Petersburg.
"Armada Rusia berhasil menyelesaikan tugas-tugas potensi pertahanan negara, memberi kontribusi substansial dalam memerangi terorisme internasional dan memainkan peran utama dalam memastikan keseimbangan strategis," ujar Putin.
Banyak warga Rusia dari seluruh negara itu berbondong-bondong ke St. Petersburg untuk menonton pawai itu.
"Ketika saya melihat kapal kami, pesawat kami beraksi, ada perasaan bangga dan bahagia," tutur seorang warga.
"Kami sangat senang tentara kami hidup kembali. Aviasi kami sekarang sangat mencengangkan kami semua," tambah lainnya.
Aktivis oposisi mengatakan gerakan mereka untuk negara Rusia yang lebih adil dan bebas terus berkembang.
"Pada tahun 2011, saya berpartisipasi dalam acara serupa, dan kami tidak menggulingkan Putin saat itu, tetapi pada saat yang sama, banyak dari orang-orang itu yang akhirnya menjadi politisi independen dan terus berusaha menggeser batu besar ini," ungkap Anastasia.
Navalny, lawan utama Putin, dilarang ikut pemilihan presiden Rusia 2018 setelah dinyatakan bersalah melakukan korupsi, tindakan yang disebut Navalny bermotif politik. Pengamat independen mengatakan rakyat Rusia tidak memiliki pilihan nyata dalam pemilu karena persaingan politik yang terbatas di negara yang memberi peluang lebih besar bagi sang petahana. [as]