Republik Demokratik Kongo bergulat melawan wabah Ebola kesembilan, dan para ahli kesehatan berusaha keras untuk mengirim vaksin eksperimental untuk melawan virus mematikan itu pada tahap-tahap awalnya.
Walaupun vaksin itu belum disetujui, pejabat kesehatan telah mengirim 7.500 dosis, karena vaksin itu tampak berhasil ketika terjadi wabah Ebola 2014 yang gawat di Afrika Barat.
Vaksin dibagikan di tiga daerah yang paling banyak terkena dampak di negara itu, yang semuanya merupakan pusat transportasi.
Strategi itu melibatkan peneliti yang bekerja di "sekitar” orang-orang yang telah terjangkit, mengimunisasi orang berisiko tinggi yang melakukan kontak langsung dengan orang yang terjangkit, dan kemudian, orang-orang yang mereka hubungi.
Dokter Michael Yao dari WHO mengatakan:
"Dari sebagian besar perebakan positif yang kami temukan, setidaknya 50 persen akibat dari pemaparan langsung."
Dr. Iza Ciglenecki, yang bekerja pada kelompok Dokter Tanpa Tapal Batas mengatakan, keberhasilan strategi itu bergantung pada kecepatan petugas kesehatan dalam menemukan orang-orang yang berisiko.
"Jika kita menemukan perebakan baru sebelum penyakit berkembang, kita dapat mengobati pasien di rumah sakit," ujar Dr. Iza Giglenecki.
Bahkan jika vaksin itu berhasil, masih banyak rintangan yang dihadapi. Diperlukan alat pendingin khusus untuk mengangkut obat dalam cuaca panas, melalui hutan lebat dimana tidak banyak jalan yang beraspal. Petugas kesehatan harus menemukan dan melacak siapa saja yang telah terpapar virus dari orang yang sakit.
Dan, mungkin yang paling sulit dari semuanya, adalah meyakinkan penduduk yang ketakutan bahwa suntikan vaksin ini dapat menyelamatkan nyawa.
Sementara itu, sebagian penerima vaksin mengatakan, vaksin itu memberi mereka ketenangan. [ps/ii]