Tautan-tautan Akses

Pakar PBB Desak Negara-Negara Atasi Intoleransi Online


Para biksu memberikan penghormatan di depan sinagoga Pohon Kehidupan (Tree of Life) menyusul penembakan massal pada Sabtu pekan lalu di sinagoga tersebut, di Pittsburgh, 29 Oktober 2018.
Para biksu memberikan penghormatan di depan sinagoga Pohon Kehidupan (Tree of Life) menyusul penembakan massal pada Sabtu pekan lalu di sinagoga tersebut, di Pittsburgh, 29 Oktober 2018.

Setelah penembakan yang menewaskan 11 jamaah di sebuah sinagog di Amerika timur, seorang pakar hak-hak asasi manusia di PBB, Senin (29/10), mendesak pemerintah-pemerintah untuk berbuat lebih banyak guna mengekang intoleransi rasis dan anti-Yahudi, terutama di internet.

"Peristiwa itu harus menjadi katalis untuk tindakan mendesak terhadap kejahatan yang didasarkan atas kebencian, dan juga peringatan agar berupaya lebih keras melawan iklim intoleransi saat ini yang membuat sikap dan keyakinan rasis, xenofobia dan anti Yahudi lebih bisa diterima," kata Pelapor Khusus PBB Tendayi Achiume mengenai serangan pada Sabtu (27/10) di sinagog di Pittsburgh, Pennsylvania.

Achiume, yang mendapat mandat untuk menghapuskan rasisme, diskriminasi rasial, xenofobia dan intoleransi terkait, dalam laporan tahunannya mengatakan "orang Yahudi tetap sangat rentan terhadap serangan online anti-Yahudi."

Ia mengatakan kelompok Nazi dan neo-Nazi mengeksploitasi internet untuk menyebarkan dan menghasut kebencian karena "umumnya tidak diatur, terdesentralisasi, murah" dan anonim.

Achiume, seorang profesor hukum di University of California, Los Angeles (UCLA) School of Law, mengatakan kelompok neo-Nazi semakin mengandalkan internet dan platform media sosial untuk merekrut anggota-anggota baru.

Facebook, Twitter, dan YouTube termasuk diantara platform favorit mereka. [my]

XS
SM
MD
LG