Pembunuhan panglima pasukan elit Iran, Jendral Qassem Soleimani, oleh militer Amerika Serikat (AS), Kamis (2/1/2020), dinilai akan semakin menyulitkan posisi AS di Timur Tengah dan hubungannya dengan dunia Islam.
Diwawancarai VOA melalui telepon, Sabtu (4/1) malam, Zuhairi Misrawi, menyesalkan keputusan AS membunuh Qassem Soleimani.
“Tindakan Trump sangat tidak masuk akal, dan bahkan termasuk gila. Pembunuhan itu justru akan menimbulkan instabilitas di Timur Tengah. Gerakan anti-Amerika akan semakin meluas,” ujarnya.
Cendekiawan Nadhlatul Ulama yang menyelesaikan pendidikannya di Kairo, Mesir itu juga menilai salah besar jika AS menilai Qassem Soleimani sebagai teroris. Karena “faktanya Soleimani justru melawan ISIS dan Al Qaeda.”
Ia juga mengkritik Amerika yang menilai Iran di bawah Ayatollah Ali Khameini kini semakin keras.
“Pada masa pemerintahan Presiden Obama, Iran mau berunding dengan Amerika dan negara-negara lain. Sikap Iran justru mengeras terhadap Amerika karena dampak sikap Amerika yang keras terhadap Iran, terkait pemberlakuan embargo ekonomi,” paparnya.
Iran Serukan Pembalasan
Presiden Donald Trump, dalam konferensi pers di Florida, Jumat (3/1/2020), menegaskan bahwa pembunuhan Qassem Soleimani dilakukan untuk melindungi warga dan kepentingan Amerika, dan “untuk menghentikan perang.” Ditambahkannya “pembunuhan itu untuk menghentikan perang.” Trump juga menggarisbawahi bahwa pemerintahnya tidak sedang mengupayakan pergantian rezim di Iran.
Tindakan AS menuai ancaman pembalasan dari Iran.
Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei bersumpah akan membalas pembunuhan Komandan Korps Garda Revolusi Islam Iran IRGC, Pasukan Quds, Qassem Soleimani. Hal senada juga disampaikan Presiden Hassan Rouhani, yang mengatakan “Amerika akan merasakan dampak tindakan kriminal mereka untuk beberapa tahun ke depan.”
Tingkatkan Keamanan
Menanggapi ancaman ini sejumlah kota di Amerika sejak Jumat (3/1/2020) telah meningkatkan keamanan.
Wali Kota New York Bill de Blasio dalam pernyataan pada Kamis (2/1/2020) dan konferensi pers pada Jumat (3/1/2020)siang mengatakan hingga saat ini belum ada ancaman kredibel terhadpa kota itu, tetapi “polisi telah meningkatkan kehadiran mereka.”
Berupaya meyakinkan warga New York, de Blasio mengatakan “polisi terbaik di Amerika bertugas melindungi warga New York. Jadi lanjutkan hidup Anda. Jangan pernah terintimidasi oleh ancaman teror, tetapi tetap waspada.”
Kepolisian Los Angeles mencuit di Twitter bahwa pihaknya “memonitor perkembangan situasi di Iran,” meksipun belum ada ancaman kredibel di Los Angeles. “Polisi bertekad memastikan keamanan komunitas kita yang beragam dan menyerukan kepada seluruh Angeleno (sebutan bagi warga Los Angeles.red) untuk menyampaikan sesuatu jika melihat sesuatu.”
Di Boston, polisi “meningkatkan patroli.”
Sementara di Chicago, polisi memfokuskan peningkatan keamanan di di bandara-bandara. “Sebagai tambahan atas langkah tindakan pencegahan tambahan, kami akan meningkatkan keamanan di bandara dan telah mengajak mitra kami di sektor publik dan swasta, untuk mengingatkan agar tetap waspada setelah musim liburan,” demikian pernyataan Chicago Office of Emergency Management and Communication.
Kedua kota mengatakan belum ada indikasi ancaman yang kredibel. Namun pemerintah kedua kota itu menyerukan kepada warga dan pengunjung kota itu untuk melaporkan jika mengetahui hal apapun yang mencurigakan.
Pakar Timur Tengah Zuhairi Misrawi mengatakan meski Iran mengancam akan membalas tindakan AS, negara itu tidak akan menyerang warga AS.
“Iran tentunya menyadari bahwa apa yang dilakukan Amerika adalah kebiadaban elit dan militer. Jadi Iran tidak akan menyerang warga Amerika, melainkan elit dan militer,” ujarnya.
Ditambahkannya, “Iran dikendalikan oleh Ayatollah Ali Khameini yang sangat mengedepankan moralitas dan etika dalam berdiplomasi.”
Indonesia Minta Semua Pihak Menahan Diri
Indonesia telah menyerukan agar semua pihak menahan diri guna memulihkan situasi dan kondisi yang lebih aman dan stabil pasca insiden pembunuhan Jendral Qassem Soleimani.
Ditemui VOA di sela-sela diskusi publik “Damai Untuk Damai” pada Sabtu (4/1/2020), Wakil Menteri Luar Negeri Mahendra Siregar mengatakan Indonesia prihatin melihat perkembangan di Timur Tengah pasca insiden pembunuhan itu dan ancaman Iran untuk membalas aksi.
“Kami menganggap yang terbaik adalah sikap menahan diri. Pertama, untuk menciptakan kondisi yang lebih aman. Kedua, agar tidak semakin mempersulit dan memperuncing ketegangan dan kondisi yang memang tidak mudah saat ini,” ujar Mahendra.
“Indonesia konsisten untuk siap mendukung terciptanya kondisi yang lebih damai dan stabil, dan berusaha maksimal agar setiap negara menahan diri untuk tidak melakukan kekerasan, apapun alasannya,” imbuhnya. [em/ft]