Seorang pakar senjata nuklir, biologi dan kimia, Andy Oppenheimer, Minggu (8/4) mengatakan kepada Sky News, gejala-gejala yang dilaporkan setelah dugaan serangan racun di Douma pada Sabtu (7/4), kemungkinan menunjukkan penggunaan "gas racun seperti sarin."
Serangan itu diduga terjadi di tengah-tengah serangan balasan pasukan pemerintah Suriah setelah gencatan senjata dengan kelompok pemberontak Tentara Islam, gagal.
Seperti dilansir Associated Press, berbicara dari Brighton di Inggris, Oppenheimer mengatakan pemerintah Suriah belum menghancurkan atau mengumumkan keseluruhan persenjataan kimianya seperti yang diharapkan, sesuai dengan perjanjian 2013, yang dimediasi oleh AS dan Rusia setelah serangan senjata kimia mematikan di Ghouta timur.
Dr. Ghanem Tayara, Ketua Persatuan Organisasi Perawatan dan Bantuan Medis (UOSSM), menyalahkan pemerintah Suriah atas serangan itu, dengan mengatakan "kita tahu pihak oposisi tidak memiliki pesawat terbang atau angkatan udara."
Menurut aktivis oposisi dan penyelamat Suriah, serangan pada Sabtu yang diduga gas beracun itu telah menewaskan sekurangnya 40 orang
Juru bicara kelompok pertahanan sipil yang lebih dikenal sebagai Helm Putih mengatakan, kelompoknya yang terkait oposisi mampu mendokumentasikan 42 korban jiwa. Tetapi pencarian lebih lanjut terhalang karena bau menyengat yang menyulitkan para penyelamat bernafas.[my/al]